Dirinya malah beralih ke Pertamax Turbo untuk mengisi Honda BeAT-nya guna menghindari antrean yang mengular di SPBU.
"Harga memang lebih mahal, tapi gimana ya, pilihannya daripada capek (antre) mending bayar lebih," sebutnya.
Melihat fenomena ini, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting beri tanggapan.
"Kok bisa gitu ya? Coba saja kita hitung, kalau isi 1 motor mulai dari berhenti, buka tangki sampai selesai isi, dan bayar, berapa lama?" ujar Irto di Jakarta, (21/9/22).
"Kalau misal 2 menit saja, dan ada antrean 10 motor, artinya sudah 20 menit ya. Secara stok kita pastikan aman, termasuk di SPBU," kata dia.
Mengenai batasan kuota pengisian BBM, menurutnya belum resmi berlaku.
Kata Irto masih menunggu revisi aturan yang saat ini belum keluar.
"Kalau dari kami memastikan stok di SPBU itu tersedia. (Kuota) tidak memengaruhi (antrean)," ucap Irto.
Sementara Bhima Yudhistira Adhinegara, Direktur Center of Economic and Law Studies beri pendapatnya mengenai fenomena antrean beli Pertalite ini.
"Sekarang ini masih ada kekhawatiran soal kehabisan kuota. Jadi isinya di luar kebutuhan, meskipun harga BBM naik," ujar Bhima, (21/9/22).
"Ini kan masih terus, soal kuota akan habis, dan lain-lain. Itu sebenarnya membuat sekarang masyarakat, ya sudahlah mengisi (BBM) sekarang," tuturnya.
Bhima menambahkan, masyarakat juga enggan terkena prank lagi, apabila harga BBM naik sewaktu-waktu.
Tak heran, mereka bakal memilih isi BBM dengan harga yang lebih murah.
"Mengantisipasi harga BBM berikutnya. Jadi masyarakat mengantisipasi juga ke depannya masih banyak ketidakpastian," tandas Bhima.
Baca Juga: Dikeluhkan Jadi Boros, Batas Maksimum Suhu Penguapan Pertalite Segini