Otomotifnet.com - Desa Joton, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah salah satu yang tergusur tol Solo-Jogja.
Para warganya yang sudah puluhan tahun tetanggaan pun inisiatif buka kampung baru biar bisa barengan terus.
Lokasi perkampungan baru yang akan mereka tinggali tak jauh dari desa sebelumnya
Kepala Desa (Kades) Joton, Aris Gunawan mengatakan, warga Joton yang terkena dampak pembangunan tol dan harus relokasi ke lokasi baru ada sekitar 90 kepala keluarga (KK).
Mereka berasal dari dua RT, yakni RT 005 Dukuh Desan Wetan dan RT 004 Dukuh Bladu.
Mereka sepakat membeli lokasi baru untuk dibangun rumah sebagai tempat tinggal.
"Kemarin itu ada satu kelompok itu dari warga RT 005 Desa Wetan bareng-bareng beli sawah dua petak. Kurang lebih luasannya 4.100 meter persegi," kata Aris, (30/5/23).
Menurut Aris lahan sawah tersebut akan ditempati sekitar 29 KK.
Lalu di pinggir lokasi tersebut juga ada warga yang ikut mendirikan tempat tinggal. Kurang lebih ada delapan KK.
Lokasi baru ini berada di timur Dukuh Mampiran.
"Sebenarnya cuma geser deket kok (dari lokasi pembangunan jalan tol). Terus dibeli ramai-ramai untuk didirikan bangunan bersama-sama. Kurang lebih ada 29 KK," kata dia.
Kemudian warga lainnya juga membeli sawah di selatan Dukuh Desan Wetan dan barat Desa Mampiran sebagai lokasi baru untuk mereka didirikan rumah.
Ada sekitar 22 KK yang mendirikan bangunan rumah di lokasi ini.
"Ini (warga) sudah mulai bangun di situ. Terus sebagian sisanya ada yang membeli pekarangan di tetangga desa cuma beda RT saja," terang Aris.
"Karena warga kami tidak pengin keluar dari Joton," ungkap Aris.
Menurut Aris sawah yang dibeli ramai-ramai oleh warga Desa Joton sebagai kampung baru masih berstatus zona hijau atau sawah lestari.
Warga terpaksa membeli sawah lestari karena panik setelah rumah mereka terkena dampak pembangunan tol Solo-Jogja.
Lantaran ada yang menjual sawah dan tidak ingin jauh dari Desa Joton mereka ramai-ramai membeli sawah itu.
"Awalnya sudah saya sampaikan area untuk relokasi masih zona hijau. Jadi terkait nanti untuk pemecahan sertifikat kan ndak bisa. Monggo dirembuk dulu mending cari pekarangan yang luas kebun atau apa nanti dipetak-petak lebih enak," terang Aris.
"Cuma kendalanya kalau kebun itu agak jauh dari Joton. Mereka tidak mau keluar Joton. Apapun risikonya mereka tetap dibeli sawah yang masih zona hijau," kata dia.
Meski demikian, kata Aris, Pemerintah Desa Joton akan berusaha membantu warga yang menempati lahan baru yang masih berstatus zona hijau tersebut.
Pihaknya juga berharap ada perlakuan khusus dari pemerintah terkait berubahan status sawah zona hijau menjadi kuning.
Dengan adanya perubahan status tersebut, diharapkan nantinya warga yang membeli tanah sawah sebagai kampung baru masing-masing memiliki sertifikat.
"Kalau memang nanti karena ini istilahnya terdampak proyek nasional semaksimal mungkin kalau bisa membantu," harap Aris.
"Kalau memang nanti ada perlakuan khusus terkait dengan zonasi (kita bantu) biar bisa dipecah-pecah (sertifikat tanahnya)," tandas Aris.
Baca Juga: Bupati Cantik Ini Seneng Banget, Ketiban Untung Kabupaten Miliknya Dijatah 4 Gerbang Tol Solo-Jogja