"Di seluruh dunia motor ini hanya ada 500 unit, Indonesia kebagian 1 unit saja. Harganya belum kami tentukan. Nanti akan diumumkan, tinggal dulu-duluan saja," ungkap Iwan Panjaitan, CEO PT Supermoto Indonesia, pemegang merek Ducati di Indonesia.
Lalu berapa kisaran harganya? Sampai satu milyar kah? "Ya, ada di kisaran itu. Nanti akan kami umumkan," jelas pehobi moge yang mengaku tidak akan melakukan lelang untuk motor ini.
Pasti penasaran dengan spesifikasinya, nih yang membuat motor ini mahal, paling utama karena pemilihan material komponen, tenaga dan bobotnya yang "superleggera" atau super ringan menjadi daya tarik lebih.
Komponen mahal dan ringan jadi salah satu keunggulannya.Bobot kosong motor ini hanya 155 kg, sedang berat isinya dengan tanki bahan bakar terisi 90 pesen, beratnya hanya 177 kg. Wah, lebih ringan dari Honda CBR250R dan Kawasaki Ninja 250! Padahal tenaganya diklaim lebih dari 200 dk. Power to weight ratio-nya jadi besar.
Material magnesium digunakan untuk part-part penting seperti rangka monocoquec, pelek forged dari Marchesini dan beberapa komponen kecil lainnya. Sedang sub frame belakang dan seluruh bodinya terbuat dari carbon fiber yang sangat ringan namun kuat.
Agar makin ringan, aki diganti dengan lithium ion. Knalpot juga dipangkas beratnya menggunakan material titanium untuk silencer-nya, sedang header-nya menggunakan stainless steel dan dikuatkan.
Mesinnya tetap superquadro, 1.198 cc V-Twin. Tapi komponen mesin seperti con rod dan klep menggunakan material titanium. Pistonnya juga dimodifikasi dengan dua ring yang mampu mengurangi koefisien gesekan. Chamber aliran bahan bakar di kepala silinder juga dimodifikasi menyerupai spesifikasi WSBK. Kruk as dibuat lebih ringan dan dibalance ulang.
Agar tetap safety, fitur seperti Anti Lock Brake System (ABS), Ducati Wheelie Control (DWC), Ducati Traction Control (DTC) dan Engine Brake Control (EBC) ikut disematkan. Oiya, transmisi pada motor ini juga banyak dibenahi khususnya pada final ratio.
Mewah! (motor.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR