Nah pada bagian ini, sebenarnya jadi tolak ukur kepiawaian si modifikator. Dari proses curhatan tersebut ada yang langsung mengerjakan, ada juga yang coba memasukkan ide briliannya untuk disetujui konsumen dan enggak sedikit modifikator yang mencari jalan tengah untuk mendapatkan hati si pemilik motor.
“Sebenarnya hal yang paling penting adalah efektifnya sebuah pengerjaan modifikasi. Waktu akan terbuang dan merugikan modifikator maupun konsumen,” jelas Topo Goedel Atmodjo.
Lebih lanjut owner Tauco Custom itu bilang, bila konsumen tidak menemukan bagaimana efektifnya konsep modifikasi yang diinginkan dan modifikator berfikir pada soal pengerjaan, maka di sinilah hal yang disebut merugikan itu.
Tanpa bermaksud meniru gaya bertutur Vicky Prasetyo (kontroversi hati, mempersuram statusisasi dan lain-lain), efektivitas modifikasi yang dimaksud Topo itu tercermin pada modifikasi terhadap tunggangan Rangga P.
Honda Tiger keluaran 2008 yang tampilannya motor turing, disulap menjadi tunggangan untuk bisa bermain adventure off-road. “Si pemilik motor fans berat Valentino Rossi, tapi akhirnya juga pengin main lumpur. Maka ubahan yang pas adalah mengacu pada Ducati Desmodoctor,” kata modifikator yang markasnya di kawasan Jagakarsa, Jaksel.
Konsep dasar mengacu pada Ducati Desmodoctor dan berpadu dengan ubahan sebagai motor penjelajah. Maka yang diaplikasikan adalah kaki-kaki motor trail berlabel Hyosung Bosowa.
“Part dari Kawasaki KLX150 juga ada yang ikut diaplikasikan. Terutama pada bagian teromol, baik yang depan maupun belakang. Di bagian depan, As roda KLX150 yang kecil membuat ada sedikit penyesuaian pada lubang di tabung sok Hyosung,” papar Topo.
Modifikasi yang dilakukan, dianggap sudah efektif menjabarkan keinginan konsumen dan hasil pengerjaan. (motor.otomotifnet.com)
| Editor | : | billy |
KOMENTAR