Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Debt Collector Motor, Gaya Mata Elang Menjerat Motor Bermasalah

billy - Minggu, 16 Juni 2013 | 11:38 WIB
No caption
No credit
No caption


Kalau berkendara di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat atau di seputaran Taman Aries, Jakarta Barat, pada jam tertentu ada sekelompok orang terlihat ngumpul, bisa bertiga atau bahkan berlima.

Ciri mereka bawa buku sambil memperhatikan motor yang lewat. Jika nomor kendaraan sesuai dan tertera di buku mereka, motor langsung dikejar. Ini merupakan pekerjaan rutin petugas penarik kendaraan alias debt collector motor bermasalah.


Salah satu koordinator debt collector itu sebut saja bernama AYK. Menurut AYK para debt collector ini biasa disebut Mata Elang. “Dibilang begitu karena mata mereka mengawasi semua motor. Kalau ketemu motor yang sesuai catatan, langsung diikuti,” tegas AYK yang ditemui lagi asyik kongkow bersama temannya di bilangan Kemayoran, Jakpus.

Kata AYK, satu kelompok Mata Elang biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Tugas yang dilakukan oleh timnya ini resmi. Dalam arti, pihak leasing sebagai pengorder memberikan surat tugas. “Kami sebagai pihak outsourcing bekerja berdasarkan kontrak. Saya sendiri mengkordinasi tiga tim,” aku AYK langsung kepada MOTOR Plus.


Dalam surat tugas itu, tertulis Surat Penarikan Kendaraan. Di sana juga tertera biaya penarikan yang dibebankan Mata Elang kepada lembaga leasing. “Untuk motor kami mendapat biaya operasional Rp 1,5 juta dan mobil Rp 5 juta,” sebut pria bertubuh gempal itu lagi.

Sistem kerjanya, pihak leasing memberikan data. Seperti alamat debitur, jenis motor, nomor kendaraan. “Dari sana sudah bisa dipetakan, di mana lokasi yang paling tepat untuk mencegat kendaraan bermasalah itu,” bilangnya.

Meski bertugas dengan risiko tinggi, namun AYK mewanti anggotanya agar menghindari kekerasan. “Dalam klausul perjanjian dengan pihak leasing, kami tidak boleh melakukan kekerasan. Segala tindakan kriminal tidak akan ditolerir,” tambah pengguna Suzuki Skywave ini.

Namun demikian, jika di lapangan terjadi aksi kekerasan, diakui AYK karena biasanya pemilik motor melawan. “Saya selalu datangi dengan sopan. Kami tanya permasalah yang terjadi. Sesekali memang terjadi bentrok. Ini wajar.”

Anggota Mata Elang ini menurut AYK sebagian besar berasal dari organisasi masyarakat. Mereka biasanya menetapkan biaya penarikan jika berhasil minimal 10 persen dari total harga kendaraan. Setiap bulan paling tidak AYK dan tim berhasil ‘menyelamatkan’ 15 motor dan 4 mobil. Omzet per bulan mereka bisa mencapai Rp 40 juta. (motorplus-online.com) 

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa