Ini lantaran ruang kabin penumpang dan bagasi ekstra luas dengan harga pasaran yang relatif terjangkau. Itu sebabnya, banyak diandalkan perusahaan sebagai armada transportasi.
Hanya saja, banyak yang sudah keburu bete untuk mendandani 'roti tawar' keluaran Daihatsu ini. Bentuknya yang square alias mengkotak, ibarat layangan yang putus tali kama alias susah diapa-apain.
Namun opini tadi tak selamanya berlaku bagi 5 sekawan kompak bernama Hendy Wirawan, Dimas Anantya, Ian Rambe, Bowo Purwoko dan M. Fadli. Buat mereka, square is beautiful.
Konsep sebenarnya sudah bercampur aduk. Daihatsu Luxio dan Gran Max ada di tangan mereka lantaran kemampuan storage alias bisa membawa barang dalam jumlah di atas rata-rata.
Lain lagi Gran Max biru milik Ian Rambe yang sejak dulu doyan sepeda gunung alias mountain bike. Kalau weekend, pengusaha ini pasti membawa 2-3 buah sepeda MTB atau Down Hill di bagasi Gran Max. Kalau weekdays, bisa terisi pelek racing atau barang pesanan customer.
Berlaku sama dengan Dimas Anantya yang mengelola bengkel body repair Omenos di bilangan Haji Nawi, Jaksel. “Tak jarang Luxio diisi panel bodi atau barang mobil yang lagi dicat,” papar Dimas.
Sekarang tinggal memadukan kemampuan membawa barang dalam jumlah besar dan tetap menjadikan roti tawar ini memiliki tampilan yang menarik.
Tak hanya sekadar mengganti pelek gaul, bahkan menjejali peranti audio hi-end menjadi alternatif agar mobil tidak 'putus tali kama'. Bahkan, modifikasi captain seat pada jok tengah bisa menjadi opsi membuat penumpang nyaman selama di jalan.
Itu kalau bicara dandan interior seperti yang dilakukan Bowo pada Luxio bertransmisi matiknya. “Perjalanan yang ditempuh perhari cukup jauh sehingga audio sound quality menjadi hal penting,” tutur pengusaha besi beton yang juga sepuh member Indonesian Starlet Club (ISC) ini.
Atau bisa juga simak perlakuan Ian pada Gran Max biru tua miliknya yang sudah mengadopsi third brake lamp ganda di balik kaca belakang.
Saking kreatif dan terinspirasi dari besutan off-road kedoyanannya, Ian juga membuat tebeng tambahan layaknya deflecta shiled persis di apron depan. “Ini sebenarnya untuk menutupi cekungan di bawah kaca depan,” ujarnya.
Sementara M. Fadli yang notabene pembalap motor kelas supersport 600 cc dan punya bengkel khusus Vespa ini lebih senang bermain dengan mesin. Luxio putih kesayangannya yang sudah pakai pelek BBS 'jaring' beraksen gold, sudah khatam di 180 km/jam alias mentok. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR