GANTI TURBO
Hobi utak-atik kendaraan ibarat sudah mendarah daging buat Satya. Sebelum membesut Fortuner saja, ubahan sempat dilakukan pada Toyota Kijang Innova. Merasakan kenikmatan tersendiri pada mobil bertransmisi manual itu, setting-an dipindahkan ke Fortuner yang bertransmisi otomatis.
Nah, disinilah kecintaannya pada mobil diesel bertambah. Image mobil diesel lamban, apalagi Fortuner yang berbodi gambot dengan tenaga standar hanya 108 dk tergolong paling pelan di kelasnya ternyata bisa diubah. Terlebih, ubahan ini masih memertahankan kenyamanan mobil untuk bisa dipakai harian.
Sebenarnya hal itu telah ditepisnya dengan upgrade mesin standar. Yap, kala itu hanya menambah intercooler dan water methanol injection. Kemudian disempurnakan dengan setting-an melalui software lewat pemakaian piggyback.
Nyatanya, mesin standar masih bisa dioptimalkan lagi. Maksudnya, dengan tanpa menyentuh kondisi jeroan asli, tenaga bisa ditingkatkan hampir dua kali lipat dari itu. Syaratnya, tidak bisa menggunakan turbo standar lagi.
Menurut Teddy, sapaan karib Theodorus Suryajaya, pemilik bengkel Rev Engineering di Kedoya Jakbar, kekuatan turbo standar tidak jauh dari tekanan 1 bar. “Agak riskan ya. Memang ada yang pernah pakai sampai 1,5 bar. Namun ada juga yang sudah putus di 1,3 bar,” bilang tuner yang lagi gandrung setting mobil common-rail turbo-diesel ini.
Buat memperhebat pasokan udara yang masuk ruang bakar, sebuah turbo IHI seri RHF4 dipasang buat mengganti turbo standar. Rada lucu karena ukurannya cukup kecil, seakan tidak akan percaya bisa melayani boost hingga 2 bar. Ternyata, setting-an turbo buat mesin diesel relatif berbeda. Tendangan kompresi padat cukup membuat turbo kecil ini berkitir kencang.
Mengganti turbo, hanya perlu sedikit ubahan di exhaust manifold. Yaitu menambah adaptor untuk menyesuaikan flange turbo dengan exhaust. Sementara down pipe bermuara pada saluran knalpot standar. “Ini PR gue, nanti pengin ganti knalpot dengan pipa lebih besar deh,” bilang Satya.
Sementara itu, piping turbo hanya berubah sedikit. Front mount intercooler pun tidak berubah dari tempatnya. Hanya pipa dari intercooler menuju throttle body yang diperbesar pakai pipa 2,5 inci.
Seperti mengganti injektor standar dengan injektor Nosel 100. “Fortuner Satya sudah pakai ECU 3 soket, harus ganti full injektor. Kalau Innova dan Fortuner lama dengan ECU 2 soket, bisa ganti hanya nosel cap saja,” beber Teddy yang kerap mondar-mandir Thailand berburu komponen dan setting-an.
Yap, Negeri Gajah Putih itu memang surga buat modifikasi mobil diesel karena diesel lebih populer di sana. Termasuk ECU-SHOP, pembuat piggyback khusus diesel yang diaplikasi di Fortuner Satya ini.
ECU-SHOP Diesel Monster Max KD Series yang dipakai memang khusus buat mesin Toyota 1KD dan 2KD di Innova, Fortuner dan Hilux. “Selain mengontrol map, airflow, juga bisa mengatur pressure release discharge dari common-rail,” bilang Teddy seraya menyebut banderol Rp 12 juta termasuk setting. Itu pun masih ditambah modul suction control valve (SCV) Rp 2,1 juta.
Dengan piggyback ini, tekanan common-rail standar 1.500-1.600 bar bisa ditingkatkan menjadi 2.500 bar. Sehingga cukup dengan injektor baru buat boost sampai 2 bar. Nah, buat mengantisipasi tekor Solar, dipasang pompa elektris kecil.
Pompa bertekanan rendah ini hanya mengumpan bahan bakar agar ke pompa common-rail. “Terbukti cukup menambah tarikan ketika full boost,” lanjut pria 32 tahun ini.
Tak heran kalau tenaga maksimum tercatat 329 dk dengan boost 2 bar. “Ah, tetapi buat harian gue hanya pakai 1,3 bar saja deh,” kekehnya. Soalnya, transmisi otomatis juga dipaksa bekerja keras dan ditambah oil cooler supaya lebih adem. Biar bisa terus gas pol ya?
Tenaga dahsyat yang dihasilkan mesin tentu perlu peranti pendukung. Sementara ini, pelek 20 inci dengan ban lebar 285 mm cukup membuat Fortuner ini lebih kalem. Terlebih bobot Fortuner yang cukup berat membuat tarikan tersalur sempurna ke aspal.
Namun ketika digeber pada kecepatan tinggi, tentu perlu bikin lebih stabil. “Soalnya speed limiter 180 km/jam bisa dibuka oleh piggyback ECU-SHOP ini,” lontar Satya.
Ground clearance pun diturunkan sekitar tiga jari supaya handling lebih stabil. Pilihannya, lowering kit Tein. “Hanya ada satu jenis lowering kit ini buat Fortuner. Lumayan, tidak terlalu empuk seperti standarnya,” ujar ayah satu anak ini.
Sementara peranti pengurang laju pun diperhatikan. Rotor rem 320 mm dipadu kaliper standar yang diaplikasi saat ini mulai dinilai kurang mumpuni. “Musti jauh ngeremnya. Sebenarnya gue sudah siap Brembo 355 mm dengan kaliper 8 pot,” bisik Satya.
Nah, buruan dipasang deh, biar selalu siap ngeboost. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR