Tak tanggung-tanggung, demi mewujudkan program mobil listrik nasional, pada rangkaian acara RITech Expo yang berlangsung di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung (08-11/08) lalu, teknologi quantum leap hasil karya anak bangsa bertebaran. Mulai dari kampus, BUMN ataupun institusi memamerkan ragam kreasi dan teknologi listrik terkini. Termasuk, kreasi tuan rumah, Institut Teknologi Bandung (ITB) yang membawa Jalak.
Sebagai burung, Jalak punya karakter sebagai burung pengicau, dengan bodi sedang dan tampilan gagah. Namun sebagai mobil, namanya belum berarti apapun. Namun, mobil listrik yang semuanya merupakan murni hasil rancang bangun mahasiswa, alumni, dosen dan pihak swasta yang ikut membantu ini, ternyata punya sedikit penampilan gagah, walau tak punya suara apapun kecuali dari klakson.
"Inginnya, Jalak dibangun dari 1 platform yang bisa dibuat beragam model dan utilitas. Cita-citanya, customer tinggal pilih dari 12 model yang ditawarkan, ingin seperti apa Jalak pesanannya," ungkap Dr. Ir. Agus Purwadi, MT, selaku ketua tim. Nah, versi yang dipamerkan sendiri menggunakan bentuk double cabin yang sanggup menampung 4 penumpang dewasa.
Sayangnya, karena waktu pengerjaan yang terlalu cepat, alhasil bak belakang masih penuh oleh aki sebagai sumber listrik. "Sekarang masih pakai aki lead acid, tapi lagi menunggu aki lithium polymer yang punya desain lebih simpel. Lokasinya akan ada di bawah jok belakang," papar Drs. Yannes Martinus Pasaribu, dosen Desain Produk ITB yang menggawangi mobil ini.
Beda jauh dengan anggapan mobil listrik itu rumit. Ternyata Jalak punya sistem operasi simpel demi mencapai efisiensi biaya setinggi-tingginya. "Biaya paling tinggi yakni aki yang mesti diimpor, dan menghabiskan anggaran lebih dari 50%, itupun masih terkena pajak bawang mewah," ujar Agus kali ini.
Cara kerjanya, injakan pedal gas kali ini akan memerintahkan semacam potensio, yang bertugas untuk memerintahkan besaran arus listrik yang harus dihasilkan motor. Output-nya diatur oleh kontrol modul yang diletakkan di bawah jok belakang. Nantinya, putaran dari motor akan langsung disalurkan menuju gardan, yang sebelumnya melalui gigi diferensial.
Ketika berjalan, mesin akan menghasilkan putaran sekitar 6.000 rpm. Bedanya dengan mesin bensin yang harus diurut untuk merasakan besaran torsi, motor listrik akan menghasilkan torsi sebesar itu secara instan. "Makanya pakai gigi diferensial dengan perbandingan 1:8 untuk meredam torsi tersebut," ujar pria tinggi besar itu.
Daya sebesar itu diprediksi sanggup membawa Jalak berjalan hingga 100 km, dengan kapasitas baterai penuh. "Dengan waktu charge antara 5-8 jam, dan sebaiknya tidak dipakai sampai baterai habis total," ucap Ahmad Bintang, mahasiswa Teknik Elektro sebagai anggota tim. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | Billy |
KOMENTAR