Otomotifnet.co - Airbag atau kantong udara merupakan perangkat keselamatan, namun bukan yang utama. Kecelakaan Toyota Camry 2.4 keluaran 2007 beberapa waktu lalu yang sampai merenggut nyawa penumpangnya bisa menjadi rujukan.
Walau kantong udara tersebut mengembang, tapi nyawa tetap tak terselamatkan. Safetybelt jauh lebih pegang peran penting dibanding airbag dalam mengurangi efek cedera yang sangat serius.
Airbag saat ini sudah bukan impian pengguna mobil-mobil mewah saja. Pada kendaraan dengan harga terjangkau, mobil level city car pun sudah dilengkapi perangkat ini.
Meski sudah jauh lebih memasyarakat dibanding awal keberadaannya, masih ada yang belum paham mengenai cara kerja airbag itu sendiri. Pertanyaan, bahkan tuntutan yang paling banyak dihadapi produsen mobil yakni, "Kok airbag mobil saya tidak mengembang, padahal mengalami kecelakaan."
Airbag bisa meletus karena diperintahkan sensor yang beraksi setelah menerima benturan atau ‘perintah' yang cukup untuk mengembangkan kantong udara.
"Jadi tidak semua kondisi kecelakaan bisa mengembangkan airbag. Kalau tidak terkena sensor, atau sensor menerima perintah tapi kurang, tetap tidak meledak," terang Iwan Abdurahman, Section Head Technical PT Toyota-Astra Motor (TAM).
Pada umumnya, terdapat 2 sensor airbag, namun tak sedikit yang pakai 3 sensor. Sensor tersebut ada di depan bagian kanan atau kiri dan dalam kabin. Mobil yang memiliki 3 sensor biasanya mobil-mobil mewah. Setiap sensor diberi warna kuning.
Sensor tersebut bekerja jika menerima ‘perintah' dari benturan depan. Jika benturan dari atas, belakang atau samping, maka airbag yang ada di lingkar kemudi dan sisi penumpang tak akan mengembang. Tabrakan secara menyamping dengan sudut tak lebih dari 15º juga bisa mengembangkan kantong udara.
Lalu bagaimana dengan airbag samping (curtain SRS airbag)? Untuk kantong udara samping, jelas sensor pemicunya bukan yang di depan. Bagi mobil yang punya airbag samping, maka sensor ditempatkan di seputar fender, pilar tengah, dan pilar belakang.
Airbag samping hanya akan mengembang jika ada ‘perintah' dari benturan samping. Kalau benturan hanya dari depan atau belakang, maka tidak akan mengembang.
Sedangkan kalau curtain airbag, ketika mengembang memang menutup semua kaca, namun sesungguhnya yang ada ruang udara hanya area kepala pengemudi dan kepala penumpang belakang.
Indikasi mobil ada airbag samping, biasanya ada tulisan SRS AIRBAG pada jok dan juga pilar depan. "Sebab itu, jangan ganti jok pakai bahan sembarangan atau menggunakan cover jok," tambah pemukim area Bekasi ini.
Mengembangnya kantong udara juga dipicu oleh kecepatan mobil. "Kalau tidak terlalu kencang atau tak masuk dalam area maka airbag juga tak mengembang," seru Usman Adhie, After Sales General Manager PT Tunas Ridean, Tbk. Kecepatan yang bisa mengembangkan berkisar 30-35 km/jam.
Ada dua kondisi juga yang menyebabkan airbag mengembang. Pertama, jika menabrak benda diam pada kecepatan tersebut atau misalkan saja Toyota Yaris berkecepatan 50 km/jam lalu menabrak kontainer yang sedang parkir.
Kondisi kedua yakni menabrak mobil yang berjalan. Selisih kecepatan antara kedua kendaraan setidaknya 30-35 km/jam. Jika dibawah itu, tak mengembang.
Contoh, kendaraan A berkecepatan 100 km/jam lalu menabrak kendaraan B berkecepatan 80 km/jam, maka tak akan mengembang karena selisih hanya 20 km/jam. Sebab itu, pada insiden tabrakan beruntun jarang sekali airbag mengembang.
Kondisi mobil asuk kolong truk, juga tak akan mengembangkan airbag. Sebab sebelum benturan sampai ke sensor, pilar kaca depan sudah terlebih dahulu menabrak pantat truk.
Toh airbag sebenarnya hanya supplemental atau pelengkap. Paling utama, tetap safetybelt. "Pada beberapa mobil, airbag tidak mengembang jika tak menggunakan safetybelt, tapi beberapa juga bisa mengembang tanpa safetybelt terpasang," seru Iwan.
Penting diperhatikan juga, jangan pernah menyimpan beragam aksesori di dasbor. Sebab jika terjadi insiden, aksesori tersebut bisa menghambat kinerja dari airbag atau justru melukai penumpang.
Editor | : | Billy |
KOMENTAR