Belanda – Yamaha mendominasi MotoGP 2015 dengan memenangkan 6 balapan dari 7 putaran yang sudah digelar, tetapi manajer timnya bilang pembuktian sesungguhnya bisa dilihat di GP Belanda, pekan ini.
Valentino Rossi menang 2 kali dan Jorge Lorenzo 4 kali menang. Hingga berakhirnya seri ketujuh di Catalunya, Barcelona lalu, perebutan gelar juara tampaknya bakal diperebutkan antara dua pembalap Yamaha itu.
Tetapi manajer tim Massimo Meregalli bilang pertarungan perebutan gelar antara Rossi dan Lorenzo belum terlihat secara eksklusif.
Diakui perbaikan pada motor M1 pada uji coba pramusim, termasuk pengenalan girboks seamless down shift, yang memungkinkan pabrikan asal Jepang itu mendominasi musim balap sejauh ini.
Yamaha sudah memenangkan 6 balapan dari 7 seri di 2015. Rossi dan dan Lorenzo menempati posisi 1-2 klasemen pembalap, hanya beda 1 point.
Saingan terdekat dari pembalap Ducati, Andrea Iannone berada di urutan ketiga dengan 94 point atau tertinggal 44 point dari Rossi. Sementara juara dunia bertahan Marc Marquez dari tim Honda, bertengger di peringkat 7 dengan 69 point.
Meregalli mengakui, dua balapan terakhir lebih baik dari yang diharapkan tim dan pertarungan saat ini head-to-head sesama pembalap Yamaha. Menurutnya kesenjangan (gap) dengan Marquez dan Hoda, sebagai saingannya utamanya cukup bagus.
“Sebelum tiba di Mugello (seri keenam) saya khawatir, saya pikir mencapai podium akan sulit melawan Ducati yang telah mempersiapkan diri dengan sempurna untuk balapan di kadangnya dan Honda yang unggul dalam kecepatan tertinggi,” kata Meregalli kepada GPOne.com.
“Sebaliknya malah berjalan dengan baik dan sama dengan di Barcelona, di mana saya pikir kami akan menderita karena berkurangnya cengekraman,” lanjutnya.
“Jadi sekarang saya melihat ke Assen untuk konfirmasi akhir (mengenai pertarungan perebutan gelar antara Rossi dan Lorenzo), jika semua berjalan dengan baik saya akan merasa lebih nyaman,” kata ahli zoologi asal Italia itu untuk membuktikan kekuatan Yamaha sesungguhnya. (otosport.otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR