Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Rencana Deep Tunnel, Jokowi Diminta Kaji Ulang

billy - Jumat, 11 Januari 2013 | 08:08 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Rencana pembangunan Deep Tunnel (terowongan multifungsi) sepanjang 19 kilometer yang membentang dari Cawang - Waduk Pluit dengan kedalaman 40-60 meter, mendapat kritikan berbagai pihak. Salah satunya karena dianggap tumpang tindih dengan rencana pembangunan waduk raksasa di Ciawi, Jawa Barat.

PEMELIHARAAN MAHAL

“Pertama, saya menyoroti bahwa pembangunan Deep Tunnel itu menyalahi rencana tata ruang Jakarta. Karena memang belum ada payung hukumnya untuk pembangunan mega proyek di bawah tanah. Itu agar Pak Jokowi tidak menyalahi aturan,” ujar Yayan Supriyatna, sosiolog dan ahli tata ruang dari Universitas Trisakti.

Ditambahkan Yayan, terowongan yang salah satunya berfungsi mengatasi banjir dan macet ini bukan ide dadakan. “Masalahnya, ide ini pernah dilontarkan pada 2002 dan 2007. Tapi kajian dan konsepnya dianggap tidak layak sehingga dibatalkan,” sambungnya.

No caption
No credit
No caption

Tak kalah penting, belum lama ini Jokowi bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan untuk membicarakan membangun waduk di Ciawi untuk menampung air dari Bogor dan Puncak. “Nah, persoalannya, sungainya kan sama dengan yang akan dialirkan ke Deep Tunnel untuk dibuang ke Waduk Pluit yakni Sungai Ciliwung,” cerocos Yayan.

Pria ramah lalu bertanya, bagaimana ini, mana yang mau dikerjakan? Kalau sudah ada pengendalian di Ciawi, buat apa membangun Deep Tunnel yang pemeliharaannya nanti akan sangat mahal.

Belum lagi, soal kalayakan dan kemampuan suplai sumber airnya apakah layak dan cukup buat Jakarta. Mengingat limbah dan sampah yang dibawa besar. Banjir di sini tidak hanya air, tetapi juga ada kulkas, kasur dan lain sebagainya.

Yayan menyarankan agar dana Rp 16 triliun rupiah itu bisa dialihkan untuk mengatasi solusi banjir yang lebih murah dengan normalisasi kali, pengerukan sampah dan lain-lain. “Lagi pula, dengan kedalaman 40-60 meter di bawah tanah, mesti disiapkan pompa raksasa untuk membuang air ke waduk Pluit. Sedang pompa kecil aja kita tidak bisa memeliharanya,” tukas Yayan.

SOLUSI LESTARI

Sementara itu Marco Kusumawijaya, pakar tata ruang dari Univertas Pasundan, Bandung, menyatakan bahwa pembangunan Deep Tunnel ibarat orang pusing minum aspirin. “Itu kan hanya mengobati gejalanya saja. Nanti abis obatnya ya sakit lagi. Yang dibutuhkan bukan solusi sesaat begitu buat mengatasi macet dan banjir di Jakarta,” ujar Marco.

Solusi terbaik ya solusi lestari alias penataan tata ruang benar. Seperti macet itu sebenarnya tidak perlu terjadi. Soalnya kalau dihitung rasio pemakai kendaraan pribadi di Jakarta itu hanya 13,5 persen. Bandingkan dengan Singapura yang 33 persen. Dari sisi rasio, Jakarta itu masih 350/1.000 pemilik kendaraan. Bandingkan Eropa 600/1.000 serta USA malah 900/1.000. Tapi kenapa di Jakarta macet?


“Ada dua hal penting, pertama karena di Singapura kendaraan dipakai untuk 1 trip, sedang di sini bisa beberapa kali trip dari berangkat kerja, dipakai antar sekolah, antar istri ke pasar dan lain-lain. Juga penyebab macet Jakarta karena serbuan kendaraan dari comuter alias dari pinggiran Jakarta,” ungkap Marco.

Lalu apa solusinya yakni dengan membangun infrastruktur di daerah comuter itu menyangkut pusat industri, perkantoran, jalan tak ubahnya kota satelit. Juga memperbanyak rumah dan tempat tinggal di Jakarta.

Soal banjir juga sebaiknya dengan solusi lestari. Dengan membangun kembali hutan di daerah puncak, dan pembangunan di Jakarta harus dikontrol. “Setiap gedung mesti memiliki tandon air. Nah, apakah Anda yakin gedung-gedung itu memilikinya? Lalu, disiplin dicanangkan seluruh warga tidak membuang sampah sembarangan dan pemanfaatan air sebaik mungkin,” ujar Marco yang tidak begitu antusias mengomentari Deep Tunnel karena ia yakin proyek itu tidak akan jalan.

Seperti diketahui, Jokowi pada Kamis (4/1) mencanangkan akan membangun terowongan multifungsi untuk mengatasi banjir dan macet. Terowongan ini direncanakan berdiameter 16 meter, panjang 19 kilometer. Hanya 10 kilometer yang dipakai untuk transportasi dari Cawang - Tomang.

Terowongan dibagi 3 lapis, dengan lapis pertama untuk kendaraan mengarah ke utara, lapis kedua kendaraan mengarah ke selatan dan lapisan ketiga saluran air. “Kalau turun hujan, terowongan ditutup total untuk kendaraan. Fungsinya hanya untuk saluran air,” ujar Jokowi.

Pembangunan Deep Tunnel yang kalau di Malaysia disebut Smart Tunnel ini diperkirakan memakan waktu 4 tahun. Jokowi juga menghendaki pembangunan murni dibiayai swasta. Diakuinya, setidaknya sudah ada 3 investor berminat dengan mega proyek yang akan dibangun persis di bawah tol dalam kota ini.

Namun tidak menutup kemungkinan proporsi pembiayaan 80 persen swasta, 20 persen dibiayai APBD Jakarta. Serta kemungkinan Pemerintah Pusat ikut mendanai proyek Deep Tunnel. Jokowi menyatakan pembangunan akan dimulai tahun ini juga. (mobil.otomotifnet.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa