Melihat banyaknya nyawa yang melayang membuat kita berpikir, mestinya kerusakan jalan, kemacetan, kecelakaan hingga menewaskan para mudikers tak perlu terjadi jika negara memahami pentingnya ritual mudik ini.
Lagi-lagi negara gagal melindungi rakyat dan kondisi ini sepertinya berlalu tanpa pertanggungjawaban. Hanya sebatas angka-angka statistik saja. Musim mudik 2011 kecelakaan lalulintas juga meningkat. Berdasarkan catatan polisi ada 4.006 kasus (23 Agustus-4 September). Angka ini naik sekitar 996 kejadian, dibandingkan Lebaran 2010 tercatat 3.010 kasus. Sementara korban meninggal akibat kecelakaan, turun dari 746 pada 2010, menjadi 661 orang, tapi jumlah kecelakaan naik terus hingga 33,08 persen. Sementara korban luka berat naik 155 orang, atau 15,91 persen.
Angkat topi buat jajaran kepolisian serta pihak terkait yang siang-malam menjaga para pemudik agar selamat sampai tujuan. Namun kenapa kerja keras mereka seolah sia-sia karena angka kecelakaan terus bertambah tiap tahunnya. Banyak pertanyaan yang mengganjal selama arus mudik-balik. Rekayasa lalu lintas lewat jalur alternatif tak maksimal. Macet masih terjadi berjam-jam. Beberapa staf redaksi mengalami sendiri. Ke Cirebon naik motor selama 18 jam, Cikampek-Sukamandi 24 jam, Jakarta-Karawang 12 jam, Jakarta-Cilacap 30 jam.
Sudah saatnya angka kecelakaan dan kematian dihentikan. Perbaiki rekayasa lalu lintas sehingga kendaraan tak menumpuk di jalur utama Pantura dan Selatan. Berdayakan puluhan jalur alternative. Sudah saatnya pula dibentuk satuan tugas khusus mudik yang terintegrasi dari pusat hingga ke daerah. Pasukan komando inilah yang bertanggungjawab penuh akan terlaksananya arus mudik-balik dengan aman, lancar, nyaman, tanpa harus menghilangkan nyawa sia-sia. Kita tunggu tanggungjawab negara. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR