Jakarta - Sampai saat ini harus diakui kalau drifting Indonesia belum memiliki regulasi yang pasti. Aturan lomba sepenuhnya memang mengacu pada tingkat Formula Drift, namun tetap saja perlu beberapa modifikasi supaya bisa diterima sepenuhnya oleh penggiat drifting di Indonesia.
Ganti Mobil
Seperti disuarakan M. Fenno yang tergabung dalam komunitas Driftinc. Pemuda ini bilang kalau sebaiknya tak ada latihan di area paddock. "Sangat berbahaya karena banyak mobil dan orang di paddock. Kalau tiba-tiba mobil yang latihan lepas kendali bisa berakibat ke yang lain," serunya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Wahyu Kumoro, drifter yang menggunakan mobil Nissan Cefiro. Mimo, panggilannya menyebut larangan tersebut mutlak dipatuhi dan harus ditegakkan panitia lomba. Sanksi juga diberlakukan. Jika mau mencoba mobil, Mimo menyarankan di lokasi yang benar-benar aman. "Panitia sebaiknya menyediakan lahan yang benar-benar bersih. Tidak ada mobil parkir atau apapun," sebut ayah 1 anak ini.
Keberatan Fenno dan Mimo memang benar. Saat latihan drift, bukan saja ban mobil menciptakan debu, namun batu dan kerikil juga bisa terbang dari ban. Lemparan ini yang sangat berbahaya dan bisa berakibat negatif ke mobil atau orang sekeliling.
Hal yang juga diminta ditegaskan yakni tentang pergantian mobil. M. Hermawan yang setia dengan Nissan Silvia S13 menyebut, pergantian mobil diperbolehkan sebelum sesi tandem. "Kalau sudah tandem dan ada kerusakan, tidak boleh ganti mobil, tapi boleh dibetulin dengan jangka waktu tertentu. Kalau sudah lewat, berarti dia gugur," ucapnya.
Berbeda dengan Wawan, panggilan Hermawan, Mimo justru tak menginginkan adanya pergantian mobil. Menurutnya, hal tersebut tak adil. Tim privateer yang hanya punya 1 mobil sangat dirugikan.
"Bisa saja 1 orang punya 3 mobil drift dan semuanya dibawa. Begitu yang satu masalah, terus ganti yang lain. Menurut saya itu tidak fair," ungkapnya.
Usulan juga mengemuka mengenai kelas dalam lomba. Menurut Mimo dan TB Deyang, sebaiknya dibagi kelas expert dan novice.
"Memang sih di drifting belum tentu yang jago jadi juara, tapi bagi pemain baru, kalau belum-belum sudah bertemu para expert pasti minder duluan. Belum lagi kalau spesifikasi mobilnya tertinggal jauh," ucap Deyang.
Kesulitan saat ini untuk membagi kelas expert dan novice karena drifting baru tumbuh di Indonesia. Dasar seseorang dimasukkan ke expert juga masih ‘abu-abu’.
Beberapa hal yang disuarakan oleh drifter telah dibahas komisi di PP IMI. Namun Rifat Sungkar sebagai koordinator komisi butuh banyak masukan. "Lebih banyak masukan berarti lebih bagus. Nanti akan kita saring dan bahas," ucapnya.
Supaya lebih memudahkan mengumpulkan masukan regulasi, Rifat menyediakan email khusus. Menurutnya kirim saja email ke : komisidrift@gmail.com . Siapapun boleh mengirim masukan. "Drifter bisa lebih terbuka untuk mengirim masukan. Toh itu untuk bersama juga," ucap Rifat. (otosport.otomotifnet.com)
Ganti Mobil
Seperti disuarakan M. Fenno yang tergabung dalam komunitas Driftinc. Pemuda ini bilang kalau sebaiknya tak ada latihan di area paddock. "Sangat berbahaya karena banyak mobil dan orang di paddock. Kalau tiba-tiba mobil yang latihan lepas kendali bisa berakibat ke yang lain," serunya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Wahyu Kumoro, drifter yang menggunakan mobil Nissan Cefiro. Mimo, panggilannya menyebut larangan tersebut mutlak dipatuhi dan harus ditegakkan panitia lomba. Sanksi juga diberlakukan. Jika mau mencoba mobil, Mimo menyarankan di lokasi yang benar-benar aman. "Panitia sebaiknya menyediakan lahan yang benar-benar bersih. Tidak ada mobil parkir atau apapun," sebut ayah 1 anak ini.
Keberatan Fenno dan Mimo memang benar. Saat latihan drift, bukan saja ban mobil menciptakan debu, namun batu dan kerikil juga bisa terbang dari ban. Lemparan ini yang sangat berbahaya dan bisa berakibat negatif ke mobil atau orang sekeliling.
Wahyu Kumoro. Beri tempat yang aman untuk latihan |
Berbeda dengan Wawan, panggilan Hermawan, Mimo justru tak menginginkan adanya pergantian mobil. Menurutnya, hal tersebut tak adil. Tim privateer yang hanya punya 1 mobil sangat dirugikan.
"Bisa saja 1 orang punya 3 mobil drift dan semuanya dibawa. Begitu yang satu masalah, terus ganti yang lain. Menurut saya itu tidak fair," ungkapnya.
Usulan juga mengemuka mengenai kelas dalam lomba. Menurut Mimo dan TB Deyang, sebaiknya dibagi kelas expert dan novice.
"Memang sih di drifting belum tentu yang jago jadi juara, tapi bagi pemain baru, kalau belum-belum sudah bertemu para expert pasti minder duluan. Belum lagi kalau spesifikasi mobilnya tertinggal jauh," ucap Deyang.
Kesulitan saat ini untuk membagi kelas expert dan novice karena drifting baru tumbuh di Indonesia. Dasar seseorang dimasukkan ke expert juga masih ‘abu-abu’.
Beberapa hal yang disuarakan oleh drifter telah dibahas komisi di PP IMI. Namun Rifat Sungkar sebagai koordinator komisi butuh banyak masukan. "Lebih banyak masukan berarti lebih bagus. Nanti akan kita saring dan bahas," ucapnya.
Supaya lebih memudahkan mengumpulkan masukan regulasi, Rifat menyediakan email khusus. Menurutnya kirim saja email ke : komisidrift@gmail.com . Siapapun boleh mengirim masukan. "Drifter bisa lebih terbuka untuk mengirim masukan. Toh itu untuk bersama juga," ucap Rifat. (otosport.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR