OTOMOTIFNET - Drifting di Indonesia memang masih baru, namun bukan berarti drifter Indonesia tak bisa ‘berbicara' di kancah luar Indonesia. Ini terbukti saat gelaran Formula Drift seri 2 yang dilaksanakan di WonderWorld Park, Bangkok, Thailand (20-21/11) silam. Indonesia mulai diperhitungkan oleh drifter Asia. OTOMOTIF menyaksikan sendiri atas undangan dari PT Multistrada Arah Sarana, Tbk (Achilles) dan PT Gajah Tunggal, Tbk (GT Radial).
PATAS AS RODA
Peserta yang ikut ambil bagian di ajang FD tersebut mencapai 60 drifter, sebagian besar dari tanah Thailand itu sendiri. Peserta diluar Thailand sebanyak 14 drifter, 3 diantaranya mengibarkan bendera Indonesia.
Pembawa merah putih diwakili oleh Adwitya Amandio (Achilles Drift Team Indonesia), Rifat Sungkar (PrimaXP Drift Team, tyre by Achilles) dan Rhenadi Arinton (GT Radial Drift Team Indonesia). Sejak awal ketiganya berusaha tampil maksimal.
Sebelum bertanding 32 drifter foto bersama
Latihan resmi, dimanfaatkan Dio untuk mencari seting dan titik drift yang pas. Agar sempurna, latihan juga dijadikan untuk mencari seting mesin yang pas, terutama boost turbo pada Nissan Silvia S15nya. Sesi ini penting bagi Dio karena sebelum bertandang ke Thailand girboks mobilnya sempat jebol.
Selesai latihan resmi, masuk sesi yang sangat menentukan, yakni kualifikasi. Setiap drifter diberi 2 kali kesempatan. Menjalani solo drift ini, Dio melakukannya dengan sangat baik. Di kualifikasi 1, kecepatan yang mampu diraihnya saat mulai drift berkisar 80,1 km/jam, beda tipis dengan Tengku Djan Ley, drifter kenamaan asal Malaysia yang melaju 80,2 km/jam. Poin yang mampu diraih Dio saat kualifikasi 1 yaitu 63,7.
Meski mengetahui jika poin yang diraih pada kualifikasi 1 cukup baik, mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini tak cukup puas. Saat kualifikasi 2, Dio mencetak kecepatan 80,5 km/jam dan poin sebesar 60,9. Ini mengantar Dio masuk dalam kategori 32 besar drifter yang akan menjalani sesi tandem dan berada di urutan 16.
Adwitya Amandio (kiri) sudah lebih tenang ketika tandem, Rhenadi Arinton (kanan) terkendala sensor oli
Tandem merupakan titik terpenting bagi Dio. Beruntung putra pertama dari William Eduard Daniel ini sudah bisa mengontrolnya. "Sebisa mungkin gue akan lebih tenang di tandem," ucapnya sesaat sebelum start. Tandem pertama melawan urutan 17 yakni Somchai Aroonrung dari Red Bull PTT Achilles Drift Thailand. Ju panggilan Somchai bukanlah drifter kacangan. Beberapakali pengguna BMW seri 3 bermesin 2JZ-GTE ini menjuarai event lokal.
Selain adanya kesalahan yang dibuat oleh Ju saat tandem pertama, kemampuan Dio bermain juga sudah jauh lebih baik. "Dio drifter muda yang bagus," ucap Ju. Terlihat mobil Nissan Silvia S15 bergrafis batik yang sangat atraktif tersebut bisa meninggalkan BMW berlambang banteng merah.
Ketika tandem kedua, di mana Dio berada di posisi belakang, kontrol emosi sudah terlihat. Meski bisa mengejar Ju saat drift, namun tak lagi berusaha untuk melampauinya. Pengguna Piaggio GTV di kesehariannya ini bermain tenang tanpa kesalahan sedikitpun. Tak ada kesalahan yang dibuat Dio, sedang Ju sempat membuat kesalahan menjadikan Dio melaju ke posisi 16 besar.
Memasuki 16 besar, drifter Indonesia ini tandem melawan posisi 1 saat kualifikasi, yakni Saranon Pornpattanar dari tim M-Storm Yokohama Singha. Apes, karena baru tandem 1 Dio mengalami kecelakaan. "Pas lagi drift, as roda belakang kiri patah, jadi mobil tidak bisa di rem. Bagian belakang nabrak tembok dulu, terus bagian depan dan akhirnya naik tembok," seru Dio.
Setelah naik tembok, mobil terus berjalan di atas pagar pembatas tersebut. Tak ada yang bisa dilakukan Dio selain menunggu mobil turun dengan sendirinya dari pagar. Ketika turun, bagian depan mobil langsung menghantam pembatas trek yang terbuat dari besi. Kejadian ini merusakkan intercooler, kaki-kaki serta pelek Advan Racing.
As roda memang merupakan penyakit bawaan bagi Nissan Silvia S15. Sebenarnya untuk meminimalisir kerusakan dan mengingat tenaga mobil sudah besar (320 dk, diukur di roda), Doni Satrio kepala mekanik tim sudah mengganti dengan seri R200 milik Nissan Skyline GT-R R34.
Sayangnya kiprah Dio yang lolos kualifikasi ini tak diikuti Rifat Sungkar. Pereli Indonesia ini menyewa mobil Toyota Corolla AE86 milik Tengku Djan Ley dan justru di sinilah masalah timbul. Pemilihan AE86 ini sebenarnya supaya Rifat tak perlu terlalu banyak penyesuaian karena dirinya juga kerap drifting pakai AE86 miliknya.
Namun perbedaan karakter ubahan mesin menjadi kendala tersendiri bagi Rifat. Mobil AE86 miliknya mengandalkan turbo untuk mengail tenaga, sedang mobil Tengku Djan lebih percaya gas nitrous. Akibatnya "Mobil dapat tenaga secara kaget. Putaran mesin harus benar-benar dijaga karena kalau tidak tenaga akan langsung drop. Kalau sudah begitu tidak ada yang bisa dilakukan kecuali lurus," ucap Rifat. Ini terlihat beberapa kali mobil berkelir putih tersebut berjalan lurus karena sudah kehabisan tenaga, baik saat latihan maupun kualifikasi 1. Padahal diakui oleh Rifat jika dirinya tak terlalu bermasalah dengan mobil sewaan tersebut.
Memasuki kualifikasi 2, Rifat sudah mulai drift sejak awal sampai akhir. Angle dan kecepatan saat drift juga sudah jauh lebih kencang dibanding saat latihan dan kualifikasi 1. Sayang poin yang dikumpulkan hanya 47,2 dengan kecepatan 80 km/jam, tak cukup untuk masuk sesi 32 besar.
Meski Dio dan Rifat berhenti ‘di tengah jalan' namun pihak Achilles tetap berbangga. "Paling tidak kita bisa tunjukkan kalau drifter Indonesia itu bagus-bagus juga. Apalagi Dio masih muda dan Rifat punya basic yang bagus. Kedepannya pasti bisa lebih baik," seru Andry Lee dari pihak Achilles Indonesia.
Hal sama seperti Rifat juga menimpa drifter Indonesia lainnya, Rhenadi Arinton yang membela GT Radial Drift Team Indonesia. Sejak sesi latihan Rhe, panggilan Rhenadi, terlihat seperti memiliki masalah dengan mobil, meski diakui sebenarnya persiapan mobil sudah maksimal. "Mobil hanya diganti dan ditambah beberapa komponen saja. Kurang beruntung di hari latihan mobil gue hanya mencium sedikit dinding beton, tapi tiba-tiba mesin mati," ucap Rhe.
Setelah menunggu waktu lama untuk diperbaiki ternyata sensor olinya yang bermasalah. Akibatnya oli banyak membasahi ruang mesin dan mengenai distributor, sehingga ada penurunan tenaga mobil. "Efeknya di sesi kualifikasi untuk masuk 32 besar mobil kurang mumpuni diajak bermanuver, dan hasil akhir tidak lolos. Tentu kecewa, seri 3 akan mempersiapkan mobil dengan baik dan berharap dapat menghasilkan yang terbaik," tambahnya. Menurutnya, menjelang seri Thailand ini boost turbo ditingkatkan untuk menaikkan tenaga. Terhitung di mesin sekitar 438 dk.
Anton Rianto, sang ayah menyebut selain karena masalah di sensor oli juga karena mesin mobil baru jadi. "Memang sering pakai latihan di Malaysia dan kita rasa sudah tak ada masalah. Saat latihan jarang digeber ekstrem karena memang dipersiapkan untuk Formula Drift ini (Thailand-red), tapi nyatanya masalah datang justru dari hal yang tidak kepikiran," ucap Anton.
Kegagalan Rhe di kualifikasi menjadi bahan evaluasi tersendiri. "Kompetisi seri ini sangat ketat dan kompetitif, buktinya drifter terbaik dari hasil seri 1 tidak ada yang juara. Tim Drift GT Radial Indonesia sudah maksimal mempersiapkan mobil, hanya sedikit kendala di mesin membuat hasil yang kurang diharapkan. Hal ini menjadi PR kita untuk lebih mempersiapkan semuanya dengan baik di seri terakhir," seru Ivan Lie, Deputy GM-Marketing PT Gajah Tunggal, Tbk.
Hasil Lomba
(Non)
M-Storm Yokohama Singha
Nissan Silvia S14
2. Nattawot Krekprada
(Oat) M-Storm Yokohama Singha Mazda RX7
3. Chaiyos Chaiyosburana
(Nueng RJ
Roadstone Drift Team
Nissan Cefiro
Editor | : | billy |
KOMENTAR