“Malah bertambah dari biasanya lantaran volume udara yang sudah terkondisi di tabung, terutama pada bagian yang mengembung lebih banyak,” yakin Dendi.
Hal itu sudah dibuktikannya di Suzuki Satria FU 150-nya.
Indikasi kemampuan dalam memboost udara lebih banyak itu diperlihatkan lewat kebutuhan pasokan kabut bensin yang lebih banyak dari standarnya. Yaitu dengan menaikkan ukuran spuyer cukup banyak.
“Pilot jetnya naik dari 17,5 jadi 42,5. Sedang main jet dari 110 jadi 115. Padahal mesin sama sekali gak diapa-apain, masih standar pabrik,” akunya.
Selain itu, tambah Dendi, saat tabung dilepas (spuyer pakai kombinasi 42,5/115) dan mesin diblayer, dari knalpot keluar asap hitam.
“Putaran mesin juga terasa mbrebet seperti pasokan gas terlalu basah. Tapi ketika tabung bikinan ini dipasang lagi, asap hitam tadi langsung hilang dan putaran mesin juga bersih,” ujar Dendi.
Dari pengujian yang ia lakukan dengan cara mengukur peningkatan tenaga lewat mesin dyno di beberapa tempat, Dendi mengaku hasil karyanya mampu meningkatkan power mesin cukup banyak.
Demi membuktikan, ia mengajak OTOMOTIF menguji langsung tes dyno. Hasilnya?
PENGETESAN
Dalam kondisi standar, Suzuki Satria FU saat dites pakai dynamometer Sport Devices tipe SP1, milik AHRS di Depok, Jabar terukur 15,5 dk/10.351 rpm, torsinya 11,55 Nm/8.894 rpm.
Setelah pasang turbo kinetis, dan setting ulang spuyer, kembali diukur ulang. Hasilnya jadi 16,4 dk/10.405 rpm, torsinya 12,67 Nm/8.351 rpm. Artinya terjadi kenaikan tenaga 0,9 dk dan torsi 1,12 Nm.
Dengan settingan spuyer sama, perangkat turbo kinetis coba dilepas dan kembali diukur. Ternyata tenaga tetap seperti standar (15,5 dk/10.126 rpm), tapi torsi turun jadi 12,08 Nm/7.948 rpm.
Jika dilihat dari hasil pembakaran, terlihat terlalu basah, artinya dengan perangkat turbo kinetis, pasokan udara segar bertambah signifikan, sehingga pembakaran bisa lebih baik, tenaga dan torsi pun meningkat.
Penulis/Foto: DiC, Aant / Andhika
Editor | : | Editor |
KOMENTAR