|
OTOMOTIFNET - Sebelum resmi di lainching, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) sudah mengajak sejumlah media nasional maupun lokal baik cetak, elektronik maupun online untuk melakukan riding impression di Yogyakarta (11-12 Mei) lalu.
Malah para kuli tinta dipersilahkan melakukan adu irit pakai Titan 115 tipe SR (CW). Hasilnya cukup fantastis. Dengan menempuh jarak rata-rata sekitar 22,2 km, motor yang dibanderol mulai Rp 10,695 juta (Titan 115) - Rp 11,7 juta (Titan 115 SR) on the road untuk Jakarta dan sekitarnya ini mencatat konsumsi BBM yang paling irit di kelasnya. Yakni mencapai 76,21 km/liter dengan bahan bakar Premium.
Tak cukup sampai di situ, selang beberapa hari kemudian yakni pada 15-17 Mei, PT SIS kembali membuat gebrakan dengan menggelar uji ketahanan selama 60 jam non stop dengan jarak tempuh mencapai 5.000 km di sirkuit Sentul, Jabar.
Emisi gas buang lebih bersahabat karena didukung teknologi PAIR system |
Sistem pengapian sudah menganut TPS, sehingga pembakaran lebih optimal dan efisien |
Posisi 4 baut silinder sama persis Shogun 125. Jadi kalau mau bore up bisa langsung pakai bloknya Shodun 125 |
“Tiga unit Titan 115 digeber full secara bergiliran oleh 18 pembalap yang kami pilih dari berbagai daerah. Tanpa mematikan mesin selama 2 hari 3 malam (60 jam) untuk mengetahui ketahanannya,” bilang Joko Utomo, deputy GM marketing 2W PT SIS. Hasilnya hingga finis, ke-3 motor tersebut tidak memperlihatkan kendala apa pun.
“Performanya gak ngedrop-ngedrop. Padahal digeber top speed terus. Kecepatan maksimumnya bisa sampai 120 km/jam. Kalau Smash lama paling mentok 110 km/jam. Untuk tenaga, kayaknya lebih mantap Titan 115 dibanding Smash lama maupun kompetitornya,” kagum Benny ‘Baong’ Pria, salah satu pembalap gaek asal Bandung, Jabar yang diamini para pembalap lainnya.
Di balik prestasi itu, pastinya tak lepas dari dukungan teknologi yang diusung Titan 115. Terutama pada sektor dapur pacu. Menurut Hariadi dari divisi service PT SIS, mesin motor ini benar-benar dirancang baru. “Bukan pengembangan dari generasi Smash sebelumnya. Teknologinya gabungan antara Smash dengan Shogun 125,” beber Hariadi.
Hal itu bisa dilihat dari perubahan besar pada spesifikasi yang dianutnya. Misal langkah piston dirancang mirip Shogun 125, yakni 55,2 mm. Konsekuensi dari pemanjangan stroke itu, diameter piston dikecilin jadi 51,0 mm. Hasilnya membuat torsi maksimum melonjak jadi 8,9 Nm yang dicapai pada putaran mesin 5.000 rpm.
Sementara kalau kita bandingkan dengan Smash sebelumnya, torsi puncak hanya mencapai 8,23 Nm. Itu pun diraih pada putaran 8.000 rpm. Makanya, gak heran kalau akselerasi di putaran bawahnya terasa sangat enteng ketika diuji OTOMOTIF. Tidak perlu buka gas terlalu dalam untuk bisa berakselerasi dengan baik. Itu lah yang membuat motor ini bisa sangat irit.
Begitu pula saat dicoba lari di putaran tengah hingga atas, entakan tenaga masih terus ngisi. Berdasarkan hasil pengukuran pabrikan lewat engine, tenaga maksimum yang mampu dimuntahkan dapur pacu berkode FW milik Titan 115 ini mencapai 8,2 dk di 8.000 rpm. Lebih tinggi 0,1 dk dibanding Smash sebelumnya.
Selain perubahan bore dan stroke, sistem pengapiannya juga ikut berubah. “Itu sudah pasti. Karena menyesuaikan diameter dan langkah piston yang sekarang. Pada karburtor (Mikuni VM 18 SH) dipasang throtlle position sensor (TPS). Namun bekerjanya hanya pada 2 kondisi bukaan throttle saja. Ketika grip gas dibuka secara mendadak, maka kurva pengapian akan berubah menyesuaiakan kondisi mesin saat itu,” terang Josep Antoni Tan, kepala istruktur traning service 2W & 4W PT SIS.
Lalu, motor ini juga kini telah disokong teknologi penekan emisi seperti dianut Shogun 125, yakni pulse-secondary air injection (PAIR). Sedang di Smash sebelumnya tidak ada. Nah, untuk lebih detail soal teknologi-teknologi lainnya, kami akan mengulasnya lebih lanjut di edisi mendatang.
Penulis/Foto: DiC / Andhika
Editor | : | Editor |
KOMENTAR