Sebagian anggota MODIF enjoy di riungan biker
Wah, mau dikejar dan silaturahmi sudah keburu hilang di tikungan, apa boleh buat, kami berharap bisa bertemu mereka lagi. Beruntung, saat ada riungan Classical C-70 Group Bandung, sebuah di zona Cinunuk Cibiru, kami sowan dengan mereka lagi.
Sabtu sore (23/4), satu per satu anggota Modif masuk ke riungan. Para penyandang cacat kaki ini langsung disambut brother lainnya.
Semua motor berkonstruksi trike alias roda tiga. Soal merek, beragam, ada yang pakai Honda, Yamaha dengan basic underbone maupun back bone.
“Halo MOTOR Plus, senang berkenalan dengan Anda,” buka Budi Wibowo dan Asep, yang menjabat sebagai Humas kelompok ini. Semangat dan percaya diri mereka patut disaluti.
Tidak ada perasaan minder atau canggung bergaul dengan biker lain yang notebene memiliki tubuh sempurna. ”Bagi kami kekurangan ini justru penyemangat. Kami tidak ingin dibedakan siapapun dan bisa melakukan yang mereka lakukan juga,” jelas mereka.
Ini yang coba ditanamkan pada semua anggota Modif. ”Mungkin Bro juga sadar bahwa sebagian dari kami punya sifat lebih sensitif ketimbang orang nornal. Makanya di komunitas ini, kami tanamkan rasa percaya diri yang kuat,” kata mereka lagi.
Ini dibuktikan secara nyata. Menurut anggota Modif, lelaku turing sudah mereka lakukan ke berbagai tempat. “Di tiap kota kami bertemu dengan brother lain dan juga kelompok lain yang memiliki kekurangan fisik. Ini sangat menyenangkan,” bilang Wibowo yang punya profesi sebagai desainer grafis ini.
Mumpung lagi gabung, Bowo memberi gambaran tentang kedinamisan kelompok ini. “Urusan modifikasi, banyak yang bisa menangani. Berbagai bengkel sudah bisa mengerjakannya, “Sekretariat kami di Bandung juga melayani pembuatan motor untuk kebutuhan khusus penyandang cacat,” kata pria ini sambil menuliskan alamat surat Modif di Jl. AH. Nasution, KM. 1, No. 1, RT 01, RW 01, Bandung
Difable Harus Optimis
Di masyarakat umum, Bowo menilai pemerintah masih belum begitu intens memperhatikan mereka. Soal prasarana penyandang cacat masih jadi kendala.
”Kalau saya belanja di supermarket misalnya, banyak yang tidak menyediakan jalan khusus untuk kursi roda. Apa boleh buat, kami perlu bantuan satpam atau orang lain melewati rintangan itu. Syukurlah banyak juga setelah kunjungan kami, pengelola toko memperbaiki fasilitasnya,” jelas Asep dan Bowo.
Di sisi lain, mereka juga ingin teman senasib tidak berpangku tangan dan merasa kekurangan sebagai hambatan. ”Saya pribadi bersyukur diberikan kekurangan ini. Saya merasa diberi berbagai kemudahan dan kadang juga keajaiban yang nggak bisa diduga,” semangat mereka lagi.
“Waktu riding, saya pernah mengalami kecelakaan, ditabrak motor lain dari belakang. Aneh, tidak cedera sedikitpun. Pernah juga sespan longgar. Beruntung baru copot setelah sampai. Aneh juga ya, kenapa nggak amburadul ketika riding? Itu pasti keajaiban,” kagum Bowo. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR