Jakarta - Himbauan Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Royke Lumowa agar tidak menggunakan sandal dan pakai jaket saat berkendara patut didukung. Pasti, karena itu bagian dari safety gear yang tidak boleh ditawar.
Beberapa kejadian di lapangan menunjukkan kalau penggendara yang pakai sandal berisiko tinggi saat terjadinya kecelakaan.
Pengalaman Yudi mungkin bisa jadi contoh. Urat kaki kirinya robek tersangkut footstep motor lawan ketika terjadi kecelakaan 6 tahun lalu. “Sampai sekarang nggak kuat lari. Masih ngilu. Tekuk jari sudah tidak bisa,” ungkapnya pasrah.
Yudi. Rasakan kerugian sekarang |
Ketika itu, ia bersama kawannya berkendara RX-King Jl. Kelapa Dua, Jakarta Barat. “Malam hari, lawan itu nggak pakai lampu. Saya kaget langsung ambil kanan. Kaki kiri nyangkut. Tulang sampai keluar,” jelas Yudi yang harus ngeluarkan kocek Rp 25 juta untuk pengobatan.
Hal sama dialami Dodo. Pria yang tinggal di Ciledug ini mengalami kecelakaan dan harus diamputasi salah satu jari kaki kirinya. “Padahal aku sudah pakai sepatu. Tapi saat kejadian lepas. Dan kaki ini terbentur sesuatu. Aku sendiri juga nggak tahu apakah kena aspal atau kena gir,” katanya soal kejadian pada 2007 lalu.
Joel D. Mastana, praktisi safety riding mengatakan ia sangat mendukung soal himbauan penggunaan safety gear yang benar. “Sebelum pelatihan, biasanya soal perlengakapan berkendara yang terlebih dahulu diuraikan,” jelas Joel.
Tidak pakai sepatu atau jaket mempengaruhi cara berkendara. “Panas mesin, ada benda asing terlontar ke kaki. Semua ini nantinya bisa membuat pengendara tidak konsen. Terlebih kalau terjadi kecelakaan,” wanti pria yang pernah alami kecelakaan di kaki.
(motorplus.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR