|
Jakarta - Ada suara mencicit mirip tikus dari balik kap mesin? Ini jamak terjadi di musim pancaroba hujan dan panas begini. “Tali kipas alias drive belt kena air bercampur debu,” terang Torsten Seifried, managing director Optibelt Asia Pasific di Singapura.
Langsung saja cek ketegangan belt baik buat alternator, AC atau power steering. Jarak kekencangannya 5-7 mm. Namun kalau sudah pakai tensioner jelas enggak perlu disetel lagi.
Nah fokus lagi ke drive beltnya. Paling apes kalau mesin masih pakai tali kipas tipe V- belt. Tali kipas ini biasa dipakai mobil retro kayak Corolla DX. Kelemahannya yakni mudah selip, berisik, rentan terhadap air, oli dan panas.
Beda dengan tipe ribbed belt yang punya alur dan bisa melayani AC, Alternator hingga power steering. Ini sudah banyak dipakai mobil modern kayak All New Honda Jazz.
Sebenarnya dipasaran bisa memilih bahan belt yang dirancang memiliki ketahanan khusus. Misalnya berkode CR atau chloroprene yang tahan kerja 90o celcius. Sementara HR(heat resistance) aman hingga 140o celcius dan lebih tahan akan oli.
“Harga HR cuma lebih mahal 20 persen,” terang David, brand manager PT Sumber Berkat, distributor Optibelt di Indonesia.
Lantas berapa lama belt bisa dipakai? “Belt kebanyakan dibuat berdasarkan spek dari pabrikan mobil,” tambah Torsten yang pabriknya di Hoxter Jerman dan suplayer pabrik mobil Eropa dan Asia ini.
Semisal ribbed belt pada tiap 50 ribu km. Namun ada juga yang dipesan untuk 100 ribu km. Misalnya pada sedan mewah atau ruang mesin sempit. “Alasannya lebih kepada kesulitan saat mengganti belt. Jangan sampai ongkos kerja lebih mahal daripada beltnya,” terang pria 34 tahun ini.
Namun bisa kok melakukan perawatan simpel. Usahakan belt selalu bersih. Jika terkena air doang sih mending karena bisa cepat kering. Campuran debu dan oli yang merusak.
Pakai belt dressing ampuhnya cuma sementara. Jika kering malah tambah berisik. Tolak jika ada mekanik yang kasih gemuk(grease) ke belt. Efeknya malah bikin selip dan berisik. Nah jika takut putus ditengah jalan, ada baiknya siapkan belt cadangan di mobil. (mobil.otomotifnet.com)
Langsung saja cek ketegangan belt baik buat alternator, AC atau power steering. Jarak kekencangannya 5-7 mm. Namun kalau sudah pakai tensioner jelas enggak perlu disetel lagi.
Nah fokus lagi ke drive beltnya. Paling apes kalau mesin masih pakai tali kipas tipe V- belt. Tali kipas ini biasa dipakai mobil retro kayak Corolla DX. Kelemahannya yakni mudah selip, berisik, rentan terhadap air, oli dan panas.
Beda dengan tipe ribbed belt yang punya alur dan bisa melayani AC, Alternator hingga power steering. Ini sudah banyak dipakai mobil modern kayak All New Honda Jazz.
Sebenarnya dipasaran bisa memilih bahan belt yang dirancang memiliki ketahanan khusus. Misalnya berkode CR atau chloroprene yang tahan kerja 90o celcius. Sementara HR(heat resistance) aman hingga 140o celcius dan lebih tahan akan oli.
“Harga HR cuma lebih mahal 20 persen,” terang David, brand manager PT Sumber Berkat, distributor Optibelt di Indonesia.
Lantas berapa lama belt bisa dipakai? “Belt kebanyakan dibuat berdasarkan spek dari pabrikan mobil,” tambah Torsten yang pabriknya di Hoxter Jerman dan suplayer pabrik mobil Eropa dan Asia ini.
Semisal ribbed belt pada tiap 50 ribu km. Namun ada juga yang dipesan untuk 100 ribu km. Misalnya pada sedan mewah atau ruang mesin sempit. “Alasannya lebih kepada kesulitan saat mengganti belt. Jangan sampai ongkos kerja lebih mahal daripada beltnya,” terang pria 34 tahun ini.
Namun bisa kok melakukan perawatan simpel. Usahakan belt selalu bersih. Jika terkena air doang sih mending karena bisa cepat kering. Campuran debu dan oli yang merusak.
Pakai belt dressing ampuhnya cuma sementara. Jika kering malah tambah berisik. Tolak jika ada mekanik yang kasih gemuk(grease) ke belt. Efeknya malah bikin selip dan berisik. Nah jika takut putus ditengah jalan, ada baiknya siapkan belt cadangan di mobil. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR