SPION INNOVA
Alfonsus Judiarto, pemilik Toyota Harrier mungkin sudah 20 kali spion mobilnya dipetik penjahat. Terakhir, Senin (14/11) malam sekitar pukul 18.30 WIB, kembali sepasang spion mobilnya dipotek dua pemuda tanggung yang menyeruak di antara kemacetan Jalan Gunung Sahari. “Kejadiannya sangat cepat, sekitar 5 detik. Spion itu udah bisa diambil,” ujar Judiarto.
Ketua Pengprov IMI DKI Jakarta itu sudah tidak kaget dengan kejadian itu. Selain sudah seringkali terjadi, dia pikir toh bakal diganti asuransi. Namun tak urung membuat waktunya tersita untuk urusan beginian. Untuk memproses ke asuransi, perlu waktu 2-3 hari. Sedang pemasangan spion sekitar satu jam yang semua bisa diserahkan kepada sopirnya.
Di kalangan pemetik spion, ada mobil-mobil favorit yang jadi incarannya. Selain Toyota Harrier yakni Toyota Alphard dan Nissan Elgrand. Spion untuk tiga mobil ini sepasangnya bisa mencapai Rp 6 – Rp 10 juta. “Satu spion bisa dijual ke penadah Rp 2 juta dengan cepat. Makanya kalau sepasang tinggal kaliin aja,” ujar SN, pelaku pencurian spion di sel tahanan Polres Jakarta Pusat.
Dari SN yang kini menunggu kasusnya disidangkan ke pengadilan bisa dikorek lebih jauh. Bahwa dia bersama teman-temannya kini bahkan tidak hanya memetik spion mobil mewah, tetapi juga spion mobil sekelas Toyota Innova. “Kalau spion Innova itu bisa laku Rp 500 ribu. Bukan kacanya doang, tetapi yang saya ambil satu rumah spion. Nanti spion-spion itu diperbaiki dan dirapikan oleh tukang tadahnya,” lanjutnya.
Tukang tadah spion hasil curian itu ada di pasar onderdil bekas di Jakarta. Dari SN yang masih berusia 19 tahun ini bisa pula dikorek pula kabarnya si penadah itu bekerja sama dengan oknum karyawan asuransi terkenal sebagai penerima spion hasil curian. Tentu saja oknum dengan kepiwaiannya bisa mengatur dan meyakinkan pimpinannya atas pasokan spion mobil mewah hasil curian.
Pada dasarnya, maraknya pencurian spion ini justru pihak asuransi yang dirugikan. Karena harus mengganti kepada pemilik mobil. Maka itu, kalau ada unsur asuransi yang terlibat pada mata rantai sindikat pencurian mobil ini, dipastikan itu oknum. Tentu saja ini pekerjaan rumah bagi perusahaan asuransi untuk menertibkan karyawannya.
Sementara itu Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Drs Hendro Pandowo, Msi, telah melakukan antisipasi terhadap maraknya pencurian spion mobil di wilayahnya. Yakni dengan cara menyebar polisi terutama yang berpakain pakaian sipil pada jam-jam pulang kerja di mana kemacetan menjadi peluang bagi pencuri beraksi.
“Kami sadari wilayah Jakarta Pusat banyak kawasan macet dan di tengah kemacetan itulah aksi pemetikan spion dilakukan para pelaku. Namun di samping menyebar anggota yang berpakaian sipil, juga menempatka pula polisi berseragam. Tentu itu untuk membuat efek jera dan takut ada petugas,’ ujar Hendro. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR