Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kisruh Oli OEM Vs Aftermarket, Monopoli Atau Perlindungan Konsumen?

billy - Kamis, 15 September 2011 | 14:15 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption
JAKARTA -
Oli bisa disebut sebagai “darah” bagi mesin, jika ada yang salah dengan pasokannya maka ‘golongan darah’ mesin akan sangat terganggu. Nah masalahnya bisnis oli itu sendiri adalah usaha yang sangat manis, banyak pemainnya. Yang berstatus produsen maupun importir serta distributor jumlahnya sangat banyak, begitu juga gerai privateer yang spesialis menjajakan oli juga bejibun jumlahnya. Termasuk bengkel umum.

Namun kehadiran APM (Agen Pemegang Merek) yang ikut serta menjajakan oli berstatus OEM dirasakan oleh sejumlah importir oli semakin mendesak peluang bisnis mereka. Sebagaimana dikutip dari harian Kontan (26/8), pihak Perdippi (Perhimpunan Distibutor, Importir, dan Produsen Pelumas Indonesia) menyebut bahwa porsi mereka di pasar dengan 26 anggota adalah 20-25% dari volume 800.000-900.000 kiloliter.

APM TIDAK MELARANG
Pihak Perdippi menganggap bahwa porsi mereka bakal makin mengecil karena menganggap makin banyak pihak APM yang seperti mewajibkan pemilihan pelumas mobil mereka dengan merek yang ‘terbatas’. Tak heran kalau pengaduan adanya potensi praktek monopoli sudah diajukan Perdippi ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Benarkah ada praktek monopoli? Hal ini memang bagaikan ‘siluman’, pebisnis oli menganggap hal itu hanya bisa dirasakan. Tjahja Tanjung, pemilik gerai pelumas Toda (Kelapa Gading, Jakut) menyebut bahwa praktek membatasi pemakaian pelumas non OEM sebenarnya bukanlah hal yang baru. Ia sudah pernah merasakan hal ini saat masih bekerja di salah satu importir oli di dekade ’90-an.

“Ada semacam surat edarannya kok kalau para kepala dealer dan bengkel resmi harus mengutamakan oli OEM,” sebutnya saat ditemui pekan silam (9/9). Kondisi ini disebutkan makin kuat pada dealer ataupun bengkel resmi motor. “Kalaupun masih ada yang berani menjual oli non OEM hanya dealer besar dan lama,” ujarnya.

Ia juga kasih info kalau sejumlah importir oli yang curhat kepadanya menyebut bahwa praktek mengutamakan pelumas OEM masih terjadi dan bahkan makin menguat. “Istilah kata importir tinggal diberi ‘tulang’,” getirnya. Pihak pengelola bengkel resmi disebutkan Tjahja dalam posisi dilematis karena di satu sisi tak bisa berbuat banyak atas ‘surat edaran’ itu tapi animo konsumen untuk memperoleh pilihan produk oli yang beragam tak juga berhenti.

Pihak APM jelas menyangkal keras ‘tuduhan’ Perdippi. “Kami tidak pernah mempunyai kebijakan untuk melarang konsumen yang menginginkan produk oli non OEM,” tegas Jonfis Fandy yang dihubungi, Jumat (8/9). Direktur Marketing dan Aftersales Service PT Honda Prospect Motor (HPM) itu menyebut bahwa bengkel resmi Honda sebenarnya menyediakan pilihan oli OEM dan juga produk aftermarket.

Joko Trisanyoto juga menegaskan bahwa pihak APM tak pernah punya kebijakan bahwa bengkel resmi melarang pilihan oli non OEM. “Memang kami melarang konsumen membawa sendiri oli dari luar bengkel, karena bengkel resmi sendiripun punya pilihan-pilihan oli non OEM,” jabar Direktur Marketing PT.Toyota-Astra Motor saat ditemui Senin lalu (12/9).

Buku panduan pemilik mobil Honda maupun Toyota tak mencantumkan adanya ‘kewajiban’ aplikasi pelumas OEM. Kendati jamak disebutkan bahwa opsi pelumas OEM memang disebutkan terlebih dahulu sembari juga menyebutkan opsi produk aftermarket dengan menyebutkan spesifikasi yang patut diperhatikan.


 Oli OEM adalah tindakan preventif perlindungan konsumen (kiri). Pilih oli karena kegunaan, bukan fanatisme (kanan).
KEPASTIAN LAYANAN
Jonfis menjelaskan, meski HPM mempunyai oli OEM (Honda Automobile Oil) namun pihaknya menyebut bahwa adalah hak konsumen untuk tetap bisa memilih produk yang diminati. Hanya saja ia kasih wanti-wanti bahwa pihak bengkel resmi maupun APM juga bertanggung jawab atas kepastian standar pelayanan atas setiap mobil yang masuk ke bengkel resmi. Ini berlaku untuk mobil yang masih dalam masa garansi maupun sudah lewat masa jaminan itu.

Soal kepastian tersebut tentu termasuk memberikan pilihan yang tepat akan konsumsi pelumas mesin maupun transmisi. “Jangan sampai nanti kami yang harus disalahkan jika terjadi masalah akibat konsumsi oli yang tidak sesuai spek mobil,” ujarnya. Dijelaskannya pula bahwa konsumen yang mempercayakan mobilnya ditangani bengkel resmi sebenarnya juga mendapatkan edukasi yang proporsional soal memilih pelumas.

Nah soal kepastian itu yang juga diberikan bengkel resmi di bawah naungan Toyota. “Oli OEM Toyota (TMO, Red) sendiri mempunyai rentang spek yang disesuaikan dengan mobil-mobil yang dijual oleh Toyota Astra Motor,” kata Usman Adi, manajer servis Tunas Toyota. Populasi oli OEM Toyota yang dipilih konsumen disebutkan Usman di kisaran 50%.

Lalu benarkah kalau ada anggapan bahwa oli OEM speknya lebih rendah dari produk aftermarket? “Tidak benar, karena toh konsumen juga bisa memilih produk oli OEM jenis sintetik ataupun full sintetik yang tentu berpengaruh dengan harga yang harus dibayarkan mereka,” urainya. Kalaupun ada konsumen yang tidak berminat dengan produk OEM ada pilihan lain juga. Selain oli OEM (TMO, Toyota Motor Oil) ada tiga pilihan merek oli aftermarket.

Ditegaskan pula oleh pria yang jadi engineer TTI (Toyota Team Indonesia) itu, kepastian akan stok dan juga fluktuasi harga oli adalah kepedulian bengkel resmi. “Oli OEM kami pastikan harganya stabil, dan dengan merek produk aftermarket yang tak banyak kami juga jaga fluktuasi harganya,” tutup Usman.  (mobil.otomotifnet.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa