“Di Assen ada beberapa faktor yang berkontribusi besar pada kerusakan ban belakang pembalap. Diantaranya adalah temperatur sirkuit yang lebih tinggi dari pada tahun lalu, kapasitas mesin yang lebih besar yang secara otomatis membawa torsi lebih besar dan mesin yang lebih berat. Ada juga perubahan layout sirkuit dan beberapa permukaan trek yang di aspal ulang,” jelas Shinji.
“Semua faktor ini menjadi faktor yang sangat besar merusak konstruksi ban yang awalnya diprediksi akan berlangsung dengan temperatur trek yang tidak terlalu tinggi. Belum lagi setup motor dan gaya balap para pembalap yang sudah cukup ekstrim. Hal inilah yang tidak kami antisipasi, apalagi sudah digabungkan dengan variabel yang saya sebutkan sebelumnya,” lanjutnya.
Pengakuan Bridgestone yang kurang memperhitungkan beberapa faktor di atas, pastinya akan jadi pelajaran keras bagi pabrikan ban asal Jepang itu. Pasalnya mereka tidak memperhitungkan banyaknya perubahan yang terjadi pada sirkuit, motor dan pembalap. Padahal Bridgestone mengakui bahwa tidak ada perbedaan yang soal kualitas dengan kompon ban untuk seri-seri sebelumnya.
Semoga kesalahan seperti ini tidak terulang lagi di seri-seri selanjutnya. Paling tidak Bridgestone harus sudah mulai melakukan riset di sirkuit yang akan mereka kunjungi dalam rentang waktu yang agak lama, untuk mempelajari kecenderungan temperatur dan kondisi terbaru permukaannya. (otosport.co.id)
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR