|
OTOMOTIFNET - Mall di Jakarta tumbuh subur di luar kendali. Bahkan, hal tersebut membuat banyak kawasan yang semula hanya menjadi kawasan bisnis, perumahan atau lahan hijau harus beralih fungsi menjadi kawasan komersial.
Buktinya, saat ini ada 170 mall di DKI Jakarta. Dari jumlah itu menjadikan Jakarta jadi kota dengan mall terbanyak di dunia. Tentu jumlah tersebut enggak ideal bila dibandingkan jumlah penduduk yang bermukim di ibukota ini.
Dampaknya, melimpahnya pembangunan pusat perbelanjaan tersebut menjadi salah satu penyumbang kemacetan di Jakarta. Enggak percaya? Coba tengok di depan mall-mall saat jam sibuk maupun jam-jam biasa! Antrean panjang kendaraan roda empat dan dua tak terhindarkan.
Amdal Lalil
Pembangunan mall-mall agaknya memang tidak memperhatikan faktor lalu lintas di sekitarnya. Yayat Supriatna dosen Planologi universitas Trisakti menegaskan, pembangunan pusat perbelanjaan banyak berdiri di kawasan yang memang jadi kawasan macet.
Seharusnya, kata Yayat, sebelum merencanakan pembangunan mall, mesti melakukan juga analisa mengenai dampak lingkungan (amdal) tentang lalu lintas (lalin). Petugas yang berwenang dalam hal lalin, harus dilibatkan untuk melakukan amdal tersebut. “Pasalnya mereka yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi lalin di kawasan tersebut. Kalau hal tersebut tidak dilakukan, maka kemacetan enggak bisa dihindarkan,” ungkap Yayat
Pengamat transportasi Darmaningtyas juga sepakat kalau mall jadi salah satu penyumbang kemacetan. "Tapi rata-rata mall itu kan relatif sudah dibangun pada masa lalu. Yang sekarang sedang dalam proses membangun dan berpotensi membangkitkan arus lalin, itu yang perlu dihentikan," tegasnya.
Dari pantauan OTOMOTIF di beberapa mall di wilayah Jakarta, setidaknya 4 hal yang jadi penyebabnya. Pertama, berpotensi menciptakan usaha baru bagi pedagang kaki lima yang buka lapak di kawasan tersebut.
Masalahnya bukan mereka mencari uang, tapi membuka lapaknya di trotoar di depan mall. Ironisnya enggak ada penindakan, baik dari pihak mall maupun pemerintah daerah.
Darmaningtyas, dibikin parkiran sepeda di mall |
Fasilitas untuk penyebrang jalan mesti diprioritaskan |
Berikutnya, umumnya mall tidak menyediakan fasilitas penyeberangan jalan khusus untuk pengunjung. Alhasil, orang jadi berlalu lalang menyeberang sembarangan.
Sehingga apa akibatnya, memaksa pengendara mobil/motor yang lewat depan mall tersebut akan memelankan bahkan menghentikan laju kendaraannya saat orang menyeberang.
Parahnya lagi, jadi halte dadakan bagi angkutan umum yang menunggu ataupun menurunkan penumpang seenaknya, juga biang kerok kemacetan di sekitar mall. Ini juga enggak ada pengaturan atau tindakan dari pihak mall.
Paling akhir adalah terjadinya kegiatan keluar-masuk kendaran ke dan dari gedung mall tersebut. Perhatikan di jam-jam sibuk (pagi dan sore hari) atau pas jam makan siang!
Salah satu contoh yang paling jelas soal kemacetan adalah di Mall Ambassador, Kuningan, Jaksel. Fasilitas untuk penyeberang jalan di depan mall tersebut, hanya mengandalkan sisitem buka-tutup oleh petugas. “Kalau enggak banyak penyeberang jalan, lalin dari sana bisa lancar. Tapi karena tidak disediakan penyeberangan maka arus lalin jadi terganggu,” bilang Darmaningtyas.
Contoh lainnya pada saat pintu masuk Plaza Semanggi masih dibuka. Banyak pengunjung yang dari arah Jl. Gatot Subroto, main ‘selong boy’ masuk ke mall tersebut. Akibatnya terjadi penumpukan arus lalin terjadi dari arah Jl Jend. Sudirman (depan Universitas Atmajaya).
Meski sudah banyak melihat dampak lalin dari pembangunan mall, namun tetap saja ada bangunan baru yang peruntukkannya jadi pusat perbelanjaan. Contoh paling gres Gandaria City, mall yang dibangun persis di kawasan yang rentan macet pada jam-jam tertentu.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Sungguh tak mungkin, gara-gara jadi penyebab macet, pusat perbelanjaan tersebut terpaksa ditutup atau bahkan dirubuhkan. Nah, agar kemacetan di seputar mall bisa diminimalkan, baik Yayat maupun Darmaningtyas kasih usulan kalau pemilik bangunan (mall) mesti melakukan rekayasa lalu lintas.
Yayat kasih usulan, manajamen mall yang terinfeksi virus macet sebaiknya memberlakukan sistem buka-tutup pada jam-jam tertentu. Atau, dengan menambah izin jam operasional mall tersebut.
“Usulan lainnya dengan mengadakan promo diskon bagi mereka yang datang ke mall pakai angkutan umum. Cara ini diharapkan dapat memperkecil penggunaan kendaraan pribadi saat pergi ke pusat perbelanjaan,” ujar pria yang berkantor di kawasan Grogol, Jakbar ini.
Selain itu, jalan keluar mengatasi kemacetan di sekitar mall juga diungkapkan Darmaningtyas. Menurutnya, paling urgent, pihak mall mesti membenahi jalur pintu masuk atau keluar kendaraan. Selanjutnya soal pengelolaan parkir dan membuat sisitem penyeberangan yang enggak mengganggu arus lalu lintas di tempat tersebut.
“Bisa juga menyediakan parkir buat sepeda. Ini bisa jadi pemicu yang datang ke mall akan naik sepeda,”usul Darmaningtyas.
Penulis/Foto: Atenx. Anton, NawiTa, oct / Tigor, Anton, Nawita
Editor | : | Editor |
KOMENTAR