Jakarta - Modus ‘mengakali’ GPS tracker yang diungkap Subditranmor Polda Metro Jaya, memberikan gambaran betapa masih banyak celah pada sistem yang bisa dimanfaatkan para komplotan pelaku curanmor.
Faktanya, para ‘maling’ berkerja layaknya sindikat yang profesional. Artinya dicurigai mereka berkerjasama dengan produsen hingga vendor GPS tracker.
“Memang kami mencurigai adanya sindikasi yang melibatkan produsen hingga pemasang (mekanik/bengkel/toko) GPS tracker. Kita masih dalami modus ini,” tegas Kompol Budi Hermanto, Kasubdit VI Ranmor, Ditreskrimum Polda Mtero Jaya.
Analisa ini tentu beralasan mengingat data serta sources kendaraan semestinya hanya bisa diakses oleh pemilik kendaraan, kalaupun ada yang tahu, maka oknum tersebut adalah perusahaan atau vendor dari GPS tracker.
Ade Habibie, Direktur Distribusi dan Public Relation PT Super Spring pun menjelaskan, pilihlah GPS Tracker yang menggunakan hanya satu provider agar Access Point Name (APN) lebih aman, dan berhubungan dengan pengiriman interval data.
Pastikan juga GPS yang dipilih memiliki tracking sistem yang lengkap, tidak hanya memantau rute atau melacak kendaraan saja tapi juga sadap suara, kecepatan, tombol darurat, dan fitur matikan mesin jarak jauh.
Masih menurutnya lihat juga profil perusahaan GPS Tracker karena berhubungan dengan Standard Operating Procedure (SOP) ketika mengakses APN. Biasanya, GPS Tracker yang bagus akan ada pertanyaan khusus ketika ingin mengetahui akses yang berhubungan dengan sebuah kendaraan.
”Selanjutnya, lihat harga GPS. Memang tidak bisa diukur secara material, namun istilah ada harga ada kualitas sangat mempengaruhi kualitas GPS tracker,” sambung Habibie. Arief, Harryt. (Otomotifnet.com)
Editor | : | toncil |
KOMENTAR