Tokyo - Sampai hari ini, kita semua belum mendapat rincian, namun seperti dijelaskan pada siaran pers Mitsubishi, sekilas bisa ditangkap bagaimana cara mereka menguji BBM mobil dan dianggap menyalahi aturan pemerintah Jepang.
Tampaknya pengujian berlangsung di laboratorium. Mobil dijalankan ditempat. Mirip dengan treadmill, tapi ini untuk mobil. Nah, masalahnya anda bisa mengatur seberapa cepat dan lambat putaran roda diatas alat tersebut.
Seperti saat anda sedang di gym, saat melakukan treadmill anda bisa melakukan pengaturan seberapa sulit atau mudah treadmill akan berjalan atau berlari ditempat.
Dan sepertinya Mitsubishi sengaja menggunakan ban dengan tekanan yang salah, artinya tidak sesuai dengan aturan di Jepang untuk menguji BBM sebuah mobil. Ini cara yang curang karena tekanan ban dapat mempengaruhi hasil tes BBM. Dan ternyata hasilnya jadi lebih baik dari yang sebenarnya.
Reputasi Mitsubishi bisa kembali rusak. Kalau masih ingat, Mitsubishi berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kembali kepercayaan konsumen setelah skandal cacat produksi pada awal 2000-an yang menutupi masalah seperti gagal rem, kopling rusak dan tangki bahan bakar yang jatuh dari kendaraan.
"Kesalahan itu disengaja. Hal ini jelas pemalsuan, dilakukan untuk membuat jarak tempuh terlihat lebih baik. Tapi mengapa mereka melakukan penipuan hal ini masih belum jelas," kata Presiden Mitsubishi Motors, Tetsuro Aikawa, seperti dilansir BBC. Meskipun ia tidak menyadari terjadinya penyimpangan, Mr Aikawa mengatakan: "Saya merasa bertanggung jawab."
Ini adalah pertama kalinya pembuat mobil Jepang melaporkan pelanggaran yang melibatkan tes ekonomi bahan bakar.
Pada tahun 2014 pembuat mobil Korea Selatan Hyundai dan afiliasinya, Kia, setuju untuk membayar 350 juta USD sebagai denda di Amerika, karena melebih-lebihkan penilaian tes BBM. Para pemilik mobil juga turut menggugat.
Skandal emisi Volkswagen tahun lalu, juga menyebabkan VW menarik kembali jutaan mobil di seluruh dunia sebagai akibat dari skandal dan telah menyisihkan triliunan Rupiah sebagai kompensasi.
Apakah hal-hal tersebut juga bisa terjadi untuk Mitsubishi? Kita nantikan saja.
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR