Jakarta- Setelah tujuh tahun berada di posisi kedua, posisi Daihatsu di bulan-bulan sepanjang 2016 ini sudah tersalip Honda.
Kini tinggal tiga bulan sisa waktu bagi Daihatsu untuk mempertahankan posisi yang tengah digerogoti Honda.
Meski sudah menyerah sejak awal, Daihatsu tetap memiliki kekuatan besar. Di balik konsentrasi pada layanan, ada perang dingin yang tersembunyi.
Sebagai petunjuk, hingga September 2016 berakhir, Honda sudah membukukan penjualan whole sales mencapai 151. 849 unit. Sementara Daihatsu 133.356 unit. Beda 18.400-an.
Dengan asumsi penjualan rata-rata hingga September, penjualan Daihatsu mencapai 14.800-an unit per bulan sementara Honda sekitar 16.800-an sebulan
Maka di akhir tahun Daihatsu akan mendapat tambahan 44.800 unit sementara Honda 50.400 unit.
Berdasarkan perhitungan tadi, Honda akan telak-telak menumbangkan Daihatsu dari posisi kedua tahun ini. Daihatsu akan mencetak penjualan sekitar 178 ribu unit dan Honda 202 ribu unit.
Itu jika melihat data wholesales, di sisi retail, mereka hanya berbeda tipis.
Daihatsu Sudah Menyerah
Menariknya, Daihatsu ‘konsisten pasrah’ sejak awal tahun.
Saat peluncuran Terios Custom Februari lalu, Amelia Tjandra, Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor (ADM), agen pemegang merek Daihatsu di Indonesia sudah mengakui kalau Honda luar biasa.
“Kami akui Honda brilian lebih dari merek lain yang (berefek) langsung menambah volume. Kami akui, jujur. Itu Honda yang luar biasa,” ujarnya saat peluncuran Daihatsu Terios Custom di Daihatsu Vehicle Logistic Center, Jl. Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara (18/2).
Ia menekankan kalau targetnya bukan lagi bertahan di posisi kedua melainkan mencapai market share sebesar 15 persen. Penyebabnya Daihatsu tak punya model baru.
“Target kami tidak di ranking tetapi market share 15 persen. Kalau kami sudah mencapai 15 persen dan Honda masih lebih baik, setidaknya kami sudah mencapai target,” ucap Amelia saat itu.
Namun ia lantas berkelakar dengan meneriakkan kalimat ‘perang belum berakhir’ yang disambut riuh jurnalis yang hadir.
Bukan sekadar kelakar. Amelia pasti tahu jika Daihatsu masih punya senjata baru yang akan muncul tengah tahun yang kemudian kita kenal dengan Sigra. Kemunculan produk baru ini bisa menjadi booster penjualan Daihatsu.
Daihatsu Tetap Pasrah
Kini, September telah berlalu dan 2016 menyisakan tiga bulan lagi.
Amelia pun masih dengan kepasrahan yang sama.
“Daihatsu enggak bisa ngejar. Terlalu jauh bedanya, 18 ribu unit. Dengan begitu harus menambah penjualan 6.000 unit sebulan,” ucapnya saat dihubungi otomotifnet.com (7/10).
Itu jika melihat penjualan memakai sudut pandang data wholesales.
“Kalau Daihatsu udah nyerah,” akunya.
Lalu bukankah masih ada Sigra yang memungkinkan untuk mengejar Honda?
“Kalau dari wholesales enggak bisa terkejar. Daihatsu kan enggak punya itu (Sigra) di Januari,” sergahnya.
Nah, bagaimana jika mengikuti sudut pandang Daihatsu yang melihat dari retail sales? Akankah masih bisa mempertahankan posisinya?
“Kalau melihat dari sudut pandang retail, selisih dengan Honda 1.600 unit, tapi jalannya masih panjang,” ucapnya.
Berdasarkan data wholesales, dari Januari hingga September, Daihatsu mencetak retail sales 135.257 unit sementara wholesales-nya 133.556. Retailnya jauh lebih besar dari wholesales-nya.
Lalu dari sudut pandang retail sales, bukankah Daihatsu masih bisa mempertahankan posisinya?
“Saya enggak mau sombong, saya belum bisa ngomong. Tapi kita enggak ngejar nomor dua. Kita kejar 15 persen market share, kalau sekarang sudah mencapai 17 persen, artinya sudah bagus,” tegasnya.
“Apakah tiga bulan lagi market share naik, saya enggak boleh sombong, saya enggak berani, he he he,” lanjut Amelia.
Honda Bingungkan Daihatsu
Lantas mengapa Daihatsu mengambil sudut pandang retail sales sementara pabrikan lain umumnya melihat dari wholesales?
Ia lantas mengemukakan alasan yang filosofis.
“Kita enggak mau melihat dari wholesales. Karena hanya memenuhi market demi ambisi. Kalau stok banyak, dealer harus sewa gudang,” terangnya.
“Kita mau apa yang kita produksi sama dengan apa yang kita jual. Kita enggak mau simpan, kita ingin stok sehat. Sekarang Xenia, Ayla, GranMax dan Sigra kurang barang,” urai Amelia.
“Penjualan kita agak stabil karena manajemen stok. Stok naik turun dalam memproduksi menyesuaikan permintaan. Kita bukan fortune teller tapi memperhitungkan dengan baik,” lanjutnya.
Dalam kesempatan berbeda, Hendrayadi Lastiyoso, Head of Marketing Astra International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO) juga mengungkapkan kalau ia selalu berpatokan pada data retail sales.
“Karena sebagai retailer, yang saya lihat adalah retail sales,” ujarnya saat dihubungi otomotifnet.com (6/10).
“Di September saja, market share Daihatsu 17,4 persen. Hanya beda 0,2 persen (dari Honda). Kalau melihat retail, gap kami hanya 1.600-an unit (dari Honda),” lanjutnya dengan nada optimistis.
Jika demikian, mengapa di awal tahun, seperti halnya Amelia, ia juga menampilkan wajah pasrah laiknya peran sendu dalam sinetron?
Disinggung pertanyaan begitu Hendrayadi pun hanya tertawa.
“Kita kan low profile. Karena saat itu produk baru masih jauh. Launching Sigra baru tengah tahun. Buat saya terlalu dini apakah Daihatsu akan melepas posisi kedua atau mempertahankan,” ucapnya diplomatis.
“Apapun masih bisa terjadi baik di Honda maupun di Daihatsu,” lanjut Hendrayadi.
“Kita optimis maintain apa yang bisa kita pertahankan. Dan sulit bagi kita untuk memprediksi (tiga bulan ke depan),” tuturnya.
Menariknya, baik Amelia maupun Hendrayadi sama-sama heran dengan fluktuasi penjualan Honda. Ini yang membuat mereka sulit memprediksi pengujung dari perjalanan 2016 ini.
“Kalau dilihat, retail kami flat (ia lantas menyebut fluktuasi Honda). Terus terang ikut membingungkan. Makanya saya bilang apapun masih bisa terjadi pada Daihatsu dan Honda,” ujarnya.
Honda Tanggapi Datar
Di kubu Honda, suasana optimis sudah menyelimuti sejak awal tahun.
Dari sembilan bulan, hanya di April dan Juli saja mereka terlewati Daihatsu. Itupun dengan angka tipis.
Selebihnya, baik Brio Satya, Mobilio, BR-V maupun HR-V bekerja sangat baik menyumbang angka penjualan yang agresif. Posisi nomor dua, menumbangkan posisi Daihatsu selama 7 tahun hingga kini sudah di tangan.
Namun Honda menanggapi hasil sementara dan prediksi ke depan ini dengan datar.
“Posisi bukan kepentingan kami. Jumlah penjualan juga bukan target utama kami. Yang nomor satu, penting bagi kami adalah kepuasan pelanggan,” terang Jonfis Fandy, Marketing & After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM) kepada otomotifnet.com (7/10).
Menurutnya, produk yang unggul dan jaringan merupakan prioritas buat Honda.
“Produk yang lebih unggul dan value for money, jaringan network yang banyak dan berkualitas dan pelayanan purna jual serta harga jual kembali yang tinggi merupakan prioritas kami,” papar Jonfis.
Meski yang menjadi fokus bisnis kali ini adalah angka penjualan, bukan produk, Jonfis sepertinya enggan jika Honda dihadap-hadapkan dengan Daihatsu.
“Segmen Daihatsu dan produknya juga berbeda dengan kami. Tidak ada faktor yang penting dalam membandingkan ini itu,” pungkasnya.
Honda kini memang tengah menggeber jaringan penjualan. Targetnya memiliki 200 dealer di mana 195 dealer dicanangkan untuk tahun ini. Lima lainnya tahun depan.
Mereka belajar dari pengalaman ketika penjualan Honda melonjak tiba-tiba seperti tahun 1999 saat HPM baru berdiri dan tahun 2013 ke 2014 saat penjualan naik 175 persen. Tanpa dealer dan bengkel, konsumen dan calon konsumen terbengkalai.
Dalam kesempatan media gathering 22 Juni lalu, Presiden Direktur HPM, Tomoki Uchida mengungkapkan impiannya di masa depan.
“Impian saya suatu saat bisa menjadi nomor satu di Indonesia, khususnya di segmen passenger car,” ujarnya.
Tak berlebihan jika sekarang sudah merangkak menjadi nomor dua. (otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR