Jakarta – Sprint reli kelas Retro semakin bertambah jumlahnya. Padahal kalau dilihat umur, mobil-mobil retro sudah tak bias dibilang muda. Tapi tantangan yang dihadapi justru membuat banyak peserta jatuh hati.
Peserta sprint reli dalam kelas retro mayoritas penggerak roda belakang. Hal inilah yang memberikan sensasi tersendiri.
“Ketika terlalu kencang, bisa saja bagian belakang sliding. Atau saat waktunya pas, maka aksi sliding justru bisa menawan,” ucap Arya Yunial yang menggunakan Datsun dan mengandalkan ban Achilles ATR K-Sport dan 123 tersebut.
Saat sudah sliding, tantangan yang dihadapi yakni harus bisa membuat mobil berjalan dengan benar dan kembali berada di trek. Menurut Arya, hal ini juga cukup menarik. Karena driver harus bisa merasakan gerak mobil untuk melakukan countersteer.
Dengan ciri khas gerak roda belakang ini, tidak semua pereli bisa melakukan handling dengan baik. Sebab memang tak bisa dikatakan mudah.
Tantangan-tantangan ini yang selalu dicari. “Kalau pakai mobil-mobil yang baru, rata-rata sudah pintar. Kalau pakai yang retro, semua kerja keras. Adrenalin jadi semakin terpacu,” tambah Edwin yang menggunakan Toyota Corolla DX bermesin Nissan SR20DET.
Tantangan berikutnya yakni berusaha untuk berada dalam urutan 10 besar umum. Memang sih rasanya berat, karena lawannya mobil-mobil baru. Tapi saat sudah berada di posisi tersebut, bersanding dengan mobil-mobil baru tentu ada kebanggaan tersendiri.
Tak hanya itu, Arya yang didukung oleh ban Achilles menyebut yang paling unik yakni menyelesaikan seluruh special stage (SS) tanpa ada halangan.
Maklum, seiring pertambahan usia mobil, maka ada saja kendala yang dihadapi.
“Jadi, saat bisa selesai seluruh SS, punya rasa tersendiri,” tutupnya. (otomotifnet.com)
Editor | : | toncil |
KOMENTAR