TES BUSI HELLA
Guna mengetahui efek pemakaian busi Hella, kami melakukan pengetesan pakai dynamometer Mainline Dynolog milik Farm Tuning di Lebak Bulus, Jaksel. Motor yang digunakan Honda BeAT eSP. Bahan bakar Pertamax, dan sebagai pembanding pakai busi bawaan Honda yaitu Denso U27EPR9-N9. Sedang busi Hella yang digunakan berkode CD8-9.
Perlakuan untuk kedua busi sama, dipasang lalu diambil data tenaga dan torsi dalam kondisi WOT atau wide open throttle, atau bahasa mudahnya digas pol sampai mentok atau bukaan TPS 100%. Pengujian dilakukan sekitar 7 kali run sampai didapat angka terbaik.
Pertama dites pakai busi standar, setelah beberapa kali run didapat tenaga maksimal 5,55 dk di putaran mesin 5.477 rpm. Sedang torsinya 5,35 ft.lb (7,25 Nm) di kitiran mesin 5.256 rpm. Air to fuel ratio (AFR) berada di kisaran 12:1, tapi di atas 7.500 rpm hampir 11:1.
Lanjut ganti busi Hella, tak perlu ubahan apapun dalam pemasangan, cuma mesti melepas mur kuningan yang ada di ujungnya. Bagaimana hasilnya? Tenaga maksimal mentok 5,52 dk di 5.877 rpm. Wah lebih kecil, tapi hanya 0,03 dk yang bisa dibilang tak bisa dirasakan.
“Tapi simak grafiknya, ternyata di atas 7.000 rpm justru tenaganya lebih tinggi pakai Hella,” terang Muhammad Saiful Bahri, operator dyno Farm Tuning ini. “Jadi atasnya bisa lebih ngacir,” imbuhnya.
Torsinya pun karakternya sama, puncaknya sedikit kalah hanya 5,25 ft.lb (7,12 Nm) di 5.423 rpm, tapi sama dengan tenaganya, di atas 7.000 rpm justru lebih tinggi dibanding pakai busi standar.
“Satu lagi uniknya AFR justru lebih basah, di kisaran 11:1 dan bahkan di putaran atas hampir 10:1. Seandainya suplai bensin bisa dimapping ulang misal pakai piggyback, tenaga yang dihasilkan bisa lebih besar,” papar Saiful, sapaan akrabnya. (Otomotifnet.com)
Editor | : | Editor |
KOMENTAR