Jakarta - Institut Otomotif Indonesia punya strategi pemasaran mobil pedesaan yang jitu, yakni mengadopsi perang gerilya. Tujuannya agar bisa punya taring di industri otomotif nasional.
Nah, teringat strategi perang gerilya yang dibukukan oleh Jenderal Nasution serta strategi desa mengepung kota ala Mao Zedong. Ataupun strategi marketing blue ocean, yang memandang pasar lebih luas dan tenang, dibanding pasar red ocean yang punya peluang besar tetapi ramai pemainnya.
Inilah yang diadopsi oleh Institut Otomotif Indonesia (IOI) dalam berstrategi memasarkan mobil pedesaan. Sehingga bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat pedesaan akan kendaraan angkut yang terjangkau.
“Kita mau memasarkan mobil pedesaan, strateginya bukan bermain di red ocean, tetapi di blue ocean. Jadi ini segmen tersendiri, yang tidak berbenturan dengan pelaku otomotif yang ada sekarang,” terang I Made Dana Tangkas, Presiden IOI.
Lebih lanjut Ia menegaskan strategi pemasaran blue ocean, lebih melibatkan koperasi pedesaan.
“Sementara ini gambarannya di desa itu kan ada Bumdes, Koperasi Unit Desa, Gapoktan (Gabungan Kelompak Tani), serta ada juga kelompok-kelompok tani di desa-desa, misalnya kalau di bali ada Subak dan lain-lainnya. Kira-kira seperti itu,” beber Made.
Masih menurutnya, langkah ini dilakukan walau ditempuh dengan cara gerilya. “Jadi ini benar-benar seperti Panglima Jenderal Sudirman, Gerilya di desa-desa dan gunung-gunung. Spirit-nya nasionalis.
Sejak Indonesia merdeka, otomotif Indonesia sudah berjalan sejak 70-an. Sampai sekarang kita belum punya kemampuan membuat kendaraan. Dulu ada Timor, dan mobil nasional lainnya tapi gagal,” sambungnya lagi.
Lantas apakah diberikan insentif pajak, mengingat aspek ekonomi pedesaan kan dananya terbatas?
“Nah ini sedang kita bahas bagaimana payung hukumnya, supaya ini booming, jangan sebelum jalan sudah diganggu nanti jadinya prematur,” jawab Made. (Otomotifnet.com)
Editor | : | Harryt MR |
KOMENTAR