Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kilas Balik, Nyobain Motor Si Dewa Road Race, Underbone 2-Tak Terganas Di 1998

Parwata - Kamis, 1 Februari 2018 | 15:55 WIB
Ini bukan Hendriansyah, tapi tester OTOMOTIF yang menjajal sendiri membawa tunggangan sang dewa road
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Ini bukan Hendriansyah, tapi tester OTOMOTIF yang menjajal sendiri membawa tunggangan sang dewa road



Otomotifnet.com - Motor balap bebek dahsyat nih, ketika melihat motor berwarna oranye-hitam ini di tumpukan file tim dokumentasi OTOMOTIF Group, Kompas-Gramedia.

Yuk, kilas balik dengan motor balap underbone legendaris yang ini.

Saat itu, tepatnya Minggu siang akhir Maret di tahun 1998, ribuan pasang mata nyaris tak berkedip menonton aksi Hendriansyah, di sirkuit Kemayoran.

Di atas Yamaha F1-ZR lansiran 1996, pembalap tim Yamaha asal Yogyakarta itu seperti melaju tanpa lawan di kelas bebek tune-up 110 cc.

(BACA JUGA: Pilih Loncat Atau Ditilang, Detik-Detik Polisi Kepung Pemotor di Atas Jalan Layang Casablanca)

Sistem kelistrikan untuk tiga trek berbeda
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Sistem kelistrikan untuk tiga trek berbeda

Ya, anak Yogyakarta itu menjadi raja Kemayoran, kelas seeded B.

"Motornya sangat kenceng," argumen penonton di dekat garis finish.

Sementara yang lain bilang, kemampuan pembalap yang akrab disapa Hendri inilah yang membuatnya digdaya.

Kira-kira opini mana yang benar?

Yuk, sama-sama dilhat!

Motor ini ternyata diracik di Jepang, hal ini diceritakan Chandra Baharudin yang saat itu menjadi mekanik tim Yamaha.

Ia mengisahkan, proyek motor ini berjalan cukup panjang.

"Kami kirim motor berikut spesifikasi balapnya ke Daytona Jepang," terangnya.

Begitu datang, dua perubahan utama dilakukan spesialis tuner Negeri Sakura itu.

(BACA JUGA: Mikir Keras, Mekanik Balap Nasional Biasa Main Quick Shifter Ditanya Orang, Bisa Bikin Kopling Bebek Nggak)

Ada corong untuk memberikan suplai udara segar ke karburator
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Ada corong untuk memberikan suplai udara segar ke karburator

Yaitu sistem kelistrikan dan peningkatan suplai bahan bakar.

Cara pertama, sepul magnetnya dilengkapi 3 kabel dengan karakteristik kurva peak
power berbeda.

Untuk trek pendek, banyak tikungan membulat atau untuk sirkuit panjang.

"Tinggal pilih satu kabel," jelasnya.

Arena Kemayoran tergolong sirkuit pendek, makanya tenaga benar-benar keluar baru pada rpm 6.000.

Bandingkan dengan Sentul yang baru melesat di pada 8.000 rpm.

Kondisi ini cukup merepotkan lantaran memaksa sering bermain setengah kopling
untuk mencapai putaran segitu.

Akibatnya, kampas kopling sering terbakar.

"Sampai babak semifinal, sudah makan dua kampas kopling," ujar Hendri saat balapan waktu itu.

Mengoptimalkan aliran udara
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Mengoptimalkan aliran udara

Iya lah, bagaimana tidak bertenaga bila perbandingan kompresinya mencapai 7,1 : 1, sementara racikan motor sebelumnya 6,9.

Selain lubang silinder blok dibesarkan, Chandra percaya, rancangan aliran udara berperan besar.

Mirip sistem turbo, dibuatkan corong udara ke kotak saringan udara.

Dari situ, kotak dipasangi dua nipel; satu ke manifold, satunya ke tangki bensin dengan sebelumnya melewati kotak udara kedua.

Sehingga, baik dari karburator maupun tangki, bensin di dorong udara.

Pokoknya, sebelum mencapai 13.500 rpm, tenaga motor berkarburator Keihin 24 mm itu masih ada.

(BACA JUGA: Bilang Padanya, Yang Berat Bukan Rindu, Tapi Nye-tart CB Mesin Tiger, Ini Penyebabnya)

Tuh, sektor motor balapnya dari sisi mesin memang sangat bertenaga.

Bagaimana dengan ridernya?

Untuk 'meluruskan' mana yang lebih berperan pada kemenangan Hendri yang sempat menyandang gelar Dewa Road Race ini, OTOMOTIF berkesempatan menjajal motor racikan Jepang itu di arena yang sama, sehari setelah lomba.

Setting mesin dan sproket dibiarkan seperti ketika digeber Hendri.

Sekurangnya perlu dua lap membiasakan diri dengan posisi duduk dan memindah persneling yang semuanya dicungkil.

Yamaha F1-ZR Daytona tahun 1998, salah satu yang paling ditakuti saat itu
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Yamaha F1-ZR Daytona tahun 1998, salah satu yang paling ditakuti saat itu

Kepakeman rem dan semua perangkat dicoba, sekalian menghafal sirkuit.

Masuk putaran ketiga, gaya Hendri berbelok ke kanan setelah garis start coba dipraktikkan.

Ternyata tak gampang merebahkan motor sembari pertahankan putaran mesin sekitar 7.000 rpm pada gigi 3.

Kesimpulan dari kilas balik motor underbone 2-Tak ini, motor dan pembalapnya sama-sama hebat.

Editor : Joni Lono Mulia
Sumber : OTOMOTIF,GridOto.com

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa