Otomotifnet.com - Ini kisah saat Kejurnas IRS Sport 250 cc seri kedua beberapa waktu lalu.
Ade Rachmat Pandapotan selaku chief mekanik tim Astra Motor Racing Team (ART) Jakarta, optimis pembalapnya Sigit PD dan Sudarmono bisa menang atau minimal podium.
Hal itu didasarkan pada performa Honda CBR250RR korekannya punya tenaga lebih dari 51 dk, dan juga hasil latihan yang waktunya sangat kompetitif.
Namun ternyata ketika race berlangsung, performa pacuan justru melorot.
Ade curiga kualitas bensin antara yang dipakai saat latihan yang beli sendiri, dan ketika balap yang disediakan panitia beda.
Kecurigaan itu dikuatkan hasil analisa setelah mesin dibongkar, ada tanda-tanda detonasi.
“Makanya saya langsung beli alat ukur oktan,” terangnya.
“Ini buat mengukur tiap sesi, antisipasi kalau dapat oktan yang kurang bagus, jadi saya sudah punya bekal base map mana yang harus dipakai,” lanjutnya.
(BACA JUGA: Niat Piara CBR250R? Ini Dia Suku Cadang Penting Tapi Susah Dapetnya)
Untuk mencari base map dengan bahan bakar oktan lebih rendah, ditempuh dengan bantuan alat knocking sensor.
Jadi maksimalnya seberapa bisa ketahuan.
Enggak cukup atur base map, agar aman untuk menghadapi IRS seri ketiga, Ade mesti melakukan perubahan spek.
“Utamanya rasio kompresi terpaksa turun dari 13,2:1 jadi 12,5:1. Efeknya tenaga mesin turun jadi cuma sekitar 48 dk saja,” urainya. Caranya dengan menambah paking blok.
(BACA JUGA: Dulu Proyek Prestisius, Dibikin Di Ruang Khusus, Honda CBR250RR Kian Tergerus)
Dan hasilnya di IRS seri 3 yang berlangsung pekan lalu (25-26/8) sangat memuaskan. “Laju motor stabil kencang dari start sampai finish,” puas Ade.
“Waktu tempuh Sigit PD stabil di kisaran 1 menit 44 detik di race 1 dan 1 menit 43 detik di race 2,” imbuhnya.
Puncaknya Sigit PD berhasil menjadi juara di 2 race sekaligus! Dilengkapi Sudarmono yang naik podium 3 di race 2.
Hasil itu tentu bukan cuka karena turun kompresi, ada banyak ubahan lainnya. Apa saja?
Yuk dikulik! (Aant/OTOMOTIF)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR