1. Secara keseluruhan tarif tol Trans Jawa masih dirasa mahal, baik untuk kendaraan pribadi dan atau angkutan truk.
Akibat dari hal ini, volume trafik di jalan tol Trans Jawa, masih tampak sepi, lengang.
Bak bukan jalan tol saja, terutama selepas ruas Pejagan.
Oleh karena itu, usulan agar tarif tol Trans Jawa dievaluasi/diturunkan, menjadi hal yang rasional.
Masih sepinya jalan tol Trans Jawa, jelas dipicu oleh tarif tol yang mahal itu.
2. Tol Trans Jawa juga terancam gagal menjadi instrumen untuk menurunkan biaya logistik, dikarenakan mayoritas angkutan truk tidak mau masuk ke dalam jalan tol.
Menurut keterangan Ketua Aptrindo, Gemilang Tarigan, yang tergabung dalam tim Susur ini, menyatakan bahwa sopir tidak dibekali biaya untuk masuk tol.
Kecuali untuk tol Cikampek.
Truk akan masuk tol Trans Jawa, jika biaya tol ditanggung oleh penerima barang.
Terlalu mahal bagi pengusaha truk untuk menanggung tarif tol Trans Jawa yang mencapai Rp 1,5 juta.
3. Harga makanan dan minuman di rest area juga dirasa masih mahal.
Oleh karena itu, pengelola tol diminta untuk menurunkan biaya sewa lahan bagi para tenan.
Sebab patut diduga, mahalnya makanan/minuman karena dipicu oleh mahalnya sewa lahan bagi para tenan.
Dan diminta agar para tenan mencantumkan daftar harga (price list) terhadap makanan/minuman, dan barang lain yang dijualnya.
4. Di sepanjang jalan tol, belum terpasang rambu-rambu yang memberikan warning terhadap aspek safety.
Seperti peringatan untuk hati-hati, waspada, jangan ngantuk, marka getar..dll, terutama di titik titik kritis.
Ini sangat penting agar pengguna jalan tol tidak terlena karena jalan tol Trans Jawa yang lurus, dan jarak jauh.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR