Otomotifnet.com - Kecelakaan di jalan saat mengemudi dipengaruhi banyak faktor.
Untuk menghindari kecelakaan, dibutuhkan konsentrasi mengemudi yang baik.
Dan teknik pengereman di jalan tol maupun jalan raya juga harus dilakukan dengan baik.
Cara pengereman yang benar setidaknya akan membantu mengurangi terjadinya kecelakaan.
(Baca Juga : Bikin Karet dan Pegas Wiper Awet, Alat Cuma Rp 65 Ribuan, Bisa Terlipat)
Bagaimana dengan panic braking alias pengereman darurat?
Menurut Jusri Pulubuhu pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting, panic braking menjadi solusi terakhir saat keadaan sudah tidak memungkinkan.
"Panic braking harus dilakukan dengan benar dan dilakukan bila keadaan aman. Karena bila panic braking dilakukan, kondisi kendaraan di belakang juga harus sigap," ucap Jusri Pulubuhu.
Panic braking pada mobil-mobil tertentu akan menimbulkan selip pada roda.
(Baca Juga : Suspensi Xenia Baru Makin Nyaman, Pemilik Lama Bisa Comot, Ini Trik Dari Daihatsu)
Ini biasa terjadi pada mobil-mobil lawas.
Untuk mobil-mobil terbaru sudah dilengkapi dengan ABS, EBD dan sebagainya untuk mengurangi roda selip.
"Namun, kemungkinan selip masih akan terjadi walau kecil. Saat terpaksa di kondisi harus dilakukan panic braking, barengi juga dengan menyalakan lampu hazard untuk memberi tahu pengemudi di belakang," tambahnya.
Lampu hazard ini memberitahukan ada kondisi darurat yang terjadi di depan.
(Baca Juga : Pelek Mobil Ada Indikator Bobotnya, SUV Sampai Off-Road Angkanya Beda)
"Pada mobil-mobil tertentu, lampu hazard otomatis beberapa detik akan menyala ketika panic braking dilakukan," bebernya.
Tidak hanya itu, panic braking juga akan membuat gaya gravitasi atau g-force badan akan terdorong ke depan dengan ekstrim.
Ini pentingnya menggunakan safety belt dengan benar.
Terakhir, sebisa mungkin hindari panic braking dengan kesadaran mengemudi dengan benar dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas ya.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR