Otomotifnet.com - Setelah diperkenalkan di GIASS 2018 Agustus silam, akhirnya Honda Forza mulai sampai ke tangan konsumen pada Desember lalu.
Salah satunya yang sudah menerima unitnya Steven Lay, yang juga owner Layz Motor.
Di saat banyak konsumen lain masih menantinya saat itu.
Kami pun menjajal skutik bongsor Honda ini.
Bagaimana impresi pertama mengendarai skutik yang dibanderol Rp 76,5 juta?
Yang langsung tampak ketika bertatapan dengan Forza, tentu lampu-lampunya.
Seluruhnya sudah pakai LED.
Seperti lampu sein depan yang menempel di spion layaknya motor besar, juga lampu rem.
Ada pula DRL berdesain mewah dan lampu utama yang juga LED.
Sayangnya karena waktu tes singkat, jadi belum bisa mencoba visibilitasnya saat malam atau kondisi hujan.
Pindah ke spidometernya, yang mengombinasikan jarum sebagai penunjuk kecepatan dan tachometer, serta ada layar digital negative display berisi berbagai informasi.
Untuk bagian yang analog, sayangnya warna jarum dan cahaya papan spidometer serupa sama-sama putih, membuat visibilitasnya kurang baik.
Terkadang jarum terlihat nyaru dengan angka yang ditunjuk, andai ujung jarum berwarna merah pasti lebih mudah dilihat.
Layar digital di tengahnya berisi beragam informasi, mulai dari jam, fuel meter, engine temperature, air temperature, voltmeter, odometer, trip A & B.
Lalu average fuel consumption, elapsed time, fuel range, dan oil chance.
Ada pula logo salju ketika suhu menunjukkan minus, tapi tentu gak menyala di Indonesia.
Untuk mengganti informasinya melalui tombol Info A dan Info B di panel saklar setang kiri.
Meski layar digitalnya negative display, ternyata melihat informasinya tidak semudah yang dibayangkan.
Karena ukuran angka-angkanya terbilang kecil, selain itu jarak pengemudi dengan spidometer juga jauh.
Yang paling mudah terlihat cuma jam, fuel meter, dan engine temperature. Sedangkan informasi di bawahnya lebih mudah dibaca saat berhenti.
Di bawah layar digitalnya ada beberapa lampu indikator seperti oil indicator, engine temperature indicator.
Lai nya ABS indicator, hi beam indicator, check engine indicator, smart key indicator, dan Honda Selectable Torque Control (HSTC) indicator.
Fitur HSTC, ini fitur yang serupa dengan Traction Control System atau TCS, fungsinya mencegah roda belakang selip ketika lewat jalan licin.
Jadi ketika putaran roda depan dan belakang beda, maka tenaga ke roda belakang dikurangi.
Fitur ini bisa diaktifkan dan dimatikan pakai saklar di setang kiri.
Nah spidometer itu terlindung juga oleh fitur electric windshield, yang bisa naik turun cukup dengan menekan tombol di setang kiri.
Geser lihat setangnya, sisi kiri panel saklarnya cukup besar karena banyak sekali tombol untuk menggunakan fitur-fiturnya.
Ada tombol klakson, sein, lampu jauh-dekat serta pass beam, info A & B, tombol HSTC, dan tentu saja tombol electric windshield.
Meski besar, tapi tombol-tombolnya mudah digapai.
Kalau di setang kanan, panel saklarnya berisi engine cut off, hazard, dan tombol starter.
Lalu di bawah setang sisi tengah ada rumah knob keyless, keyless-nya juga dilengkapi alarm dan answer back system mirip seperti PCX atau Vario.
Lalu di bawah setang kiri ada kompartemen cukup dalam dan lega yang dilengkapi penutup, di dalamnya juga ada power outlet 12 volt yang bisa untuk mengecas smartphone.
Untuk penyimpanan yang lebih besar, di bawah joknya terdapat bagasi yang sangat lega, dapat menampung 2 buah helm full face.
Selain itu, ada sekat pembatas plastik yang bisa dipindah posisinya, mengikuti isi bagasi yang diinginkan, agar tidak tercampur.
RIDING POSITION & HANDLING
Meskipun tinggi jok tertulis 780 mm, ternyata masih membuat pengendara berpostur 170 cm jinjiiit…
Ini karena joknya lebar sehingga kaki perlu membuka saat ingin menapakkan kaki, tapi masih lebih menapak dibanding Yamaha XMAX sih.
Oiya ketika pertama kali duduk, terasa sekali busanya flat dan kaku, jadi kurang nyaman.
Posisi kaki khas big scooter, karena bisa selonjoran meskipun tidak sepenuhnya lurus, masih agak menekuk.
Posisi setang juga tinggi sehingga pengendara terasa santai saat mengendarainya.
Memiliki berat isi 182 kg, ternyata Forza masih mudah ditaklukkan.
Untuk berbelak-belok di sekitar pelataran parkir, motor ini terbilang nurut.
Tentu berkat rancangan sasis yang kaku, dan dukungan kedua supensinya yang cenderung keras, terutama yang belakang, padahal posisi preload step 3 dari 5 step yang disediakan.
Kalau sok depan teleskopik 33 mm rasanya punya redaman yang lebih lembut dibanding sok belakang, tapi entah jika dicoba melibas berbagai kondisi jalan, semoga saja tetap memberikan kenyamanan.
Soal ini nanti diulas juga sudah test ride deh!
Kelincahan bermanuver tadi tentu juga karena didukung roda depan yang menggunakan pelek 3.50x15 dibalut ban 120/70-15, sedangkan belakang 4.00x14 dengan ban 140/70-14.
Pelek serta ban lebarnya ini cukup memberikan traksi lebih ketika berbelok, dan tentunya membantu redaman ketika melewati jalan yang tidak rata.
Sisi pengereman bagian depan menggunakan kaliper 2 piston menjepit cakram 256 mm, belakangnya kaliper 1 piston dengan cakram 240 mm.
Karakter pengeremannya empuk, namun tetap menggigit sehingga bikin pede serta membuat jari nyaman. Kerja ABS pun cukup halus, tapi suara kerja modul ABS terdengar cukup keras ketika roda hampir terkunci.
Yang agak mengganggu justru electric windshield-nya.
Ternyata windshield cukup bergetar baik dalam posisi paling tinggi maupun paling rendah, jadi mengganggu pandangan mata.
Tampaknya bracket-nya kurang rigid.
PERFORMA
Urusan mesin, Forza di Indonesia menggunakan mesin 1 silinder berkapasitas 249,01 cc PGM-FI, liquid cooled menggunakan piston 68 mm dan langkah 68,567 mm. Klaim tenaga maksimumnya 23,1 dk di 7.500 rpm dan torsi 24 Nm di 6.250 rpm.
Impresi pertama mengendarai Forza mesinnya halussss… Baik suara mesin maupun vibrasinya, nyaman banget deh.
Yang terdengar justru suara di ujung moncong knalpotnya, seperti lubang yang terlalu kecil membuat suaranya cenderung cempreng.
Berjalan dari posisi berhenti terasa sangat halus, respon CVT juga sangat baik tanpa perlu putaran mesin tinggi untuk melaju.
Tapi kira-kira ada gredek gak ya ketika odometer sudah tinggi? Kita tunggu beberapa bulan ke depan.
Dengan perbandingan piston dan langkah yang square, maka wajar jika penyebaran tenaga dan torsi Forza terasa merata.
Meskipun agak terasa delay ketika langsung buka gas secara penuh, tapi tenaganya terus mengisi. Asli enak banget!
Ah jadi gak sabar untuk membawanya berkendara untuk harian maupun turing. Halo PT Astra Honda Motor, ada unit tesnya kan? Fariz / OTOMOTIF
Data Spesifikasi
Tipe mesin: Pendinginan Cairan, 4 Langkah, single cylinder
Volume langkah: 249,01 cc
Sistem suplai bahan bakar: Fuel Injection (PGM-FI)
Diameter x langkah: 68 x 68,567 mm
Tipe tranmis: Otomatis
Rasio kompresi: 10,2:1
Daya maksimum: 23,1 dk/7.500 rpm
Torsi maksimum: 24 Nm/6.250 rpm
Tipe starter: Elektrik
Tipe kopling: Automatic Centrifugal Clutch Dry Type
Sistem pendingin mesin: Pendinginan Cairan
Tipe rangka: Under bone type, steel
Tipe suspensi depan: Teleskopik
Tipe suspensi belakang: Swing arm dengan suspensi ganda
Ukuran ban depan: 120/70-15M/C 56P
Ukuran ban belakang: 140/70-14M/C 62P
Rem depan: Hidrolis, single 256mm disc
Rem belakang: Hidrolis, single 240mm disc
Sistem pengereman: ABS
P x L x T: 2.142 x 754 x 1472 mm
Tinggi tempat duduk: 780 mm
Jarak sumbu roda: 1.510 mm
Jarak terendah ke tanah: 144 mm
Berat isi: 182 Kg
Kapasitas tangki bahan bakar: 11,5 L
Kapasitas minyak pelumas: 1,2 L (penggantian periodik)
Tipe baterai atau aki: 12 V - 8,6 Ah, MF-Wet Type
Sistem pengapian: Full transisterized, battery
Tipe busi: NGK LMAR8A-9
Lampu depan: Hi 19,9 W x 1 (LED) , Low 12,8 W x 1 (LED)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR