Namun, pihaknya belum mengetahui secara detailnya karena hal tersebut menjadi wewenang dari pemerintah pusat.
Bawen Yogya desain sudah, kewenangan investor atau swasta.
Yogya Bawen desain rencana dari pemerintah ditawarkan ke swasta, sedangkan Yogya-Solo, perencanaan ke swasta.
“Kalau yang tol Yogya-Bawen sudah ada DED-nya dan itu nanti terserah pemerintah pusat apakah mau digarap dengan APBD atau ada swasta yang membangun,” jelasnya.
(Baca Juga : Tegang! Dua Truk Tangki Pertamina Dibajak 10 Orang, Tujuan ke Istana Negara)
Adapun sebelumnya, Gatot juga menyebutkan ada lima alternatif exit tol dari Yogya menuju Manisrenggo.
Nantinya, semua exit tol menuju Manirenggo ini akan melalui kawasan Maguwoharjo.
Diantaranya, ada yang lewat stadion, ada yang masuk ke selatan Candi Sambisari baru ke utara, ada yang ke selatan Candi Kedulan.
“Ini artinya baru gambaran pintu keluar dari Yogya, kalau Manirenggo ke Solo itu nanti urusan Jateng,” urai Gatot.
(Baca Juga : Suzuki Ertiga Dilarikan Dari Jakarta ke Madura, Korban Dibius, Niat Dijual Rp 15-25 juta)
Untuk jalan ini, pihaknya juga memegang pesan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X untuk memilih jalan yang tidak menimbulkan dampak sosial di masyarakat.
“Yang jelas menghindari situ seperti Prambanan, jangan memanfaatkan lahan produktif dan juga jangan mengganggu ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Menurut Gatot, pembangunan exit tol atau jalan tol yang mengganggu ekonomi masyarakat diantaranya adalah dibangun di atas pasar Prambanan.
Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian di kawasan tersebut.
Artikel serupa telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Proyek Tol Solo-Jogja Plus Minus 500 Meter dari Bangunan Situs
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR