Otomotifnet.com - Kehadiran Wuling Almaz yang disebut-sebut sebagai penantang serius di kelas medium SUV, memang cukup menghebohkan.
Sebab, Almaz tak hanya menawarkan fitur berlimpah dan spesifikasinya yang kompetitif.
Namun juga menawarkan desain yang terbilang futuristis dan tajam. Seakan menantang kompetitornya dengan agresif.
Jika dilihat dari wajah Wuling Almaz, Anda pasti akan tertuju pada desain facia depan.
(Baca Juga: Knalpot Racing Nembak-nembak, Beragam Penyakitnya, Misalnya Bensin Terlalu Irit)
Kombinasi lampu Almaz memang mengingatkan kita pada LMPV andalan Mitsubishi, Xpander, yang menggunakan desain lampu depan yang terletak di bumper depan, berbarengan dengan foglamp.
Sementara lampu LED garis tipis di atas, hanya berfungsi sebagai Daytime Running Light (DRL) atau Positioning Light.
Desain lampu depan yang terpasang pada bumper depan ini memang cukup revolusioner.
Lantaran berbeda dengan desain lampu depan pada umumnya, yang diletakkan lebih tinggi dan sejajar dengan gril depan.
Sejatinya lampu depan model ini sudah terlebih dahulu diaplikasi pada Nissan Juke.
Di Amerika, desain lampu yang ‘melorot’ hingga ke bumper depan ini dinamakan sebagai stacked headlight.
Jika diartikan, desain lampu yang bertumpuk atau bertingkat, karena peletakannya berbarengan dengan foglamp dalam satu kolom.
Pada perkembangannya, desain stacked headlight ini mulai marak diaplikasikan pada mobil kekinian.
(Baca Juga: Super KIPS Kawasaki Ninja 150 Nyangkut Ketahuan, Suara Knalpot Bisa Jadi Tanda)
Selain Wuling Almaz dan Mitsubishi Xpander, Hyundai juga tak mau ketinggalan dengan desain New Santa Fe, yang juga mengggunakan desain dual stacked, dengan garis LED di atas hanya berfungsi sebagai DRL dan positioning light.
Di luar negeri, desain stacked headlight ini juga diaplikasi pada Hyundai Kona, Nexo, Jeep Cherokee generasi kelima, Citroen C3, C4 dan Berlingo hingga beberapa model yang akan segera hadir, seperti Mitsubishi new Strada dan Delica.
O iya, desain stacked headlight ini ada kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya, selain penampakannya keren, konstruksi dual stacked headlight ini juga berkaitan dengan safety dan ramah terhadap pedestrian.
Hal tersebut dibuktikan oleh Hyundai Santa Fe dan Kona, yang mendapatkan nilai tertinggi versi Insurance Institute for Highway Safety (IIHS) di Amerikan dan Euro New Car Assessment Programme (Euro NCAP).
Menurut lembaga IIHS, desain stacked headlight yang menggeser lampu utama sedikit ke bawah, membuat konstuksi kap mesin bagian atas menjadi lebih landai.
Sehingga mampu memberikan impact minimum ketika terjadi kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki/pedestrian.
Selain itu, dengan desain lampu depan sedikit ke bawah, membuat area crumple zone lebih optimal dalam meredam benturan.
Ditambah membuatnya lebih ramah dengan pengemudi lainnya, lantaran pancaran sinar lampu utama yang dibuat lebih rendah.
(Baca Juga: Motor Upgrade Performa, Dana Cuma Rp 1 Jutaan, Pilih Bore Up Atau Knalpot Racing?)
Sehingga tak terlalu menyilaukan ketika berpapasan dengan pengemudi dari arah berlawanan.
Namun desain stacked headlight ini juga menyimpan kelemahan. Yang paling mencolok adalah fokus sinar dari lampu utama yang dirasa sangat minim, terlebih ketika mengemudi di jalanan dengan minim cahaya.
Makanya, hal tersebut belakangan diperbaiki oleh pabrikan dengan mengaplikasi proyektor sebagai pembias cahaya lampu utamanya (baik itu LED atau halogen).
Sementara pada Xpander yang masih menggunakan reflektor konvensional. Meski begitu, pihak PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) menjamin pancaran sinar lampu utama Xpander untuk konsep stacked headlight ini diklaim tetap aman dengan fokus sinarnya optimal.
“Sudah diperhitungkan pada desain Dynamic Shield di Xpander. Sehingga memberikan kenyamanan berkat pencahayaan yang maksimal,"
"Headlight di bawah adalah posisi ideal untuk menerangi di bagian bawah dan optimal juga di atas,” tukas Boediarto, Departement Head Technical Service Department Sales and Marketing Division MMKSI. Tomo
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR