Fadli menilai, beberapa hambatan memang ada, yaitu adanya titik crossing seperti di Mega Mendung, Pasar Cisarua, Cipayung dan beberapa persimpangan lainnya.
Kendala lain adalah lebar jalan yang tidak homogen dari Gadog hingga simpang safari, ada beberapa titik yang masih sempit yang hanya cukup dilalui 2 kendaraan.
Selain itu ada kendala juga masalah mindset masyarakat yang selama ini terpaku dengan one way, dan berbondong-bondong melakukan perjalanan di pagi hari untuk naik ke Puncak dan siang hari turun ke arah Jakarta.
“Dengan adanya program 2-1 ini, tidak ada lagi pembatasan jam naik maupun turun," katanya.
(Baca Juga: Ada Imbauan Hindari Jalur Puncak, Ketimbang 'Parkir Berjamaah' di Jalan)
"Sehingga masyarakat yang hendak mengakses jalur puncak diharapkan agar tidak memusatkan pergerakannya di pagi hari untuk naik, tapi bisa setiap saat mengakses jalur tersebut," bebernya.
"Apabila warga masih berbondong-bondong berangkat di pagi hari, maka akan terjadi penumpukan dan antrean yang panjang untuk naik ke atas," ujar Fadli.
"Saya tegaskan sekali lagi, agar bisa membagi perjalanannya dari pagi sampai dengan malam hari, menyesuaikan dengan kebutuhan real masing-masing warga,” tegasnya.
Ia menambahkan, untuk beberapa titik yang mengalami penyempitan, dalam rapat sudah dibahas untuk segera di perlebar sehingga bisa dibagi menjadi 3 lajur.
"Dinas PUPR baik daerah maupun pusat sudah mengamini,” tambah Fadli.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR