Otomotifnet.com - Kinerja bisnis Astra Group di kuartal III atau sembilan bulan terakhir hingga September 2019 mengalami penurunan laba bersih.
Tak terkecuali, laba bersih dari divisi otomotif Grup Astra, yang anjlok sebesar 14%.
Terhitung menjadi Rp 6,1 trilun, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7 triliun.
Melalui laporan keuangan yang diterima OTOMOTIF (31/10).
(Baca Juga: Astra Serahkan 5 Unit Hiace ke RSPAD Gatot Soebroto, Bisa Dijadikan Ambulans Hingga Alutsista)
Penyebab turunnya laba bersih tak hanya disebabkan oleh penjualan otomotif yang lesu tahun ini.
Walau begitu, dilaporkan volume penjualan mobil Astra mengalami penurunan 7% atau setara 396.000 unit.
Sementara penjualan mobil secara nasional juga dilaporkan turun 12% menjadi 754.000 unit (sumber: Gaikindo).
Adapun pangsa pasar Astra meningkat dari 50% menjadi 53%.
Sepanjang kuartal III 2019 telah diluncurkan 14 model mobil baru, dan 7 model penyegaran.
Selain karena penurunan volume penjualan, disebabkan juga oleh meningkatnya biaya-biaya produksi, serta efek dari translasi nilai tukar mata uang asing.
Dilanjut, penjualan motor secara nasional meningkat 4% menjadi 4,9 juta unit.
Dimana, penjualan motor Astra Honda juga meningkat 5% menjadi 3,7 juta unit, dengan pangsa pasar sedikit meningkat menjadi 75%.
(Baca Juga: Asuransi Astra Punya Strategi Rangkul Konsumen Via Online, Luncurkan Garda Mobile Otocare)
Pada periode ini telah diluncurkan 6 model motor baru dan 19 model penyegaran.
Bisnis komponen otomotif Grup, PT Astra Otoparts Tbk (AOP), yang 80% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 24% menjadi Rp 512 miliar.
Terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari segmen pasar suku cadang pengganti (REM/replacement market) dan menurunnya biaya produksi.
Terkait kinerja bisnis di kuartal III tahun ini, Direktur Utama Astra International, Prijono Soegiarto, menyikapi tantangan tahun ini, serta memetakan prospek bisnis Grup ke depan.
"Sementara pencapaian kinerja tahunan Grup diperkirakan masih akan diuntungkan oleh
peningkatan kinerja dari bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru
diakuisisi,"
"Tantangan atas konsumsi domestik yang lemah dan harga komoditas yang rendah masih tetap perlu diwaspadai," tulis Prijono dalam laporan tertulisnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR