Otomotifnet.com - Tangguh, irit, praktis, mungkin kata-kata itu yang paling cocok untuk menggambarkan motor yang satu ini.
Digunakan mulai dari mengantar anak sekolah sampai mengantar surat ke pelosok negeri.
Teknologi simpel yang diusung juga menjadi salah satu kelebihannya, membuatnya tahan banting dalam segala kondisi.
Yup itu semua menggambarkan Honda Win 100.
Baca Juga: Honda Win 100 Jadi Buruan, Harga Spare Part Orisinal Melonjak, Spion Mulai Rp 700 Ribu)
Setelah sempat hilang diredam zaman, kini Honda Win kembali bergeliat.
Mulai dari scene custom sampai para purists yang merestorasi hingga mirip di masa jayanya.
Berikut kami sajikan artikel all about Win 100, dari sejarah, perawatan, hingga pasaran second-nya. Yuk simak. Tim OTOMOTIF
Sejarah
Pertama kali diluncurkan tahun 1984 dengan desainer asli orang Indonesia.
Sempat tidak laku karena bentuknya yang kotak masih asing di sebagian masyarakat Indonesia.
Karena pada masa itu mayoritas motor yang beredar memiliki bentuk bulat-bulat.
Tahun 80-an juga merupakan masa peralihan bentuk motor, menjadi mengotak. Sebut saja Honda Astrea 800 dan GL100.
Sejak pertama kali muncul, Honda Win dibeli Pemerintah untuk menjadi kendaraan dinas berbagai instansi pemerintahan yang ada di Indonesia.
(Baca Juga: Honda Win 100 Makin Bergengsi, Warna Cokelat Diincar, Bisa Tembus Rp 28 Juta)
Kampung-kampung serta pelosok daerah menjadi santapan Honda Win dalam mengantarkan surat-surat atau eksplorasi lahan.
Menariknya setiap instansi pemerintahan memiliki warna yang berbeda-beda. Hal ini pula yang menjadikan Honda Win yang ada di Indonesia memiliki berbagai macam warna.
Berikut beberapa badan pemerintahan yang menggunakan Honda Win sebagai kendaraan dinas; Badan Statistik, Koperasi, BRI, Dinas Kehutanan, Pegadaian, Pembangunan Desa, Pemda, Polisi Laut, Kantor Pos, sampai TNI.
Warnanya ada putih, biru, biru navy, hijau, oranye, dan coklat. Sampai warna ungu, yang digunakan oleh pemerintah daerah Ciamis, Jawa Barat.
Secara garis besar Honda Win memiliki spesifikasi yang sama sejak pertama kali rilis.
Mesin 4 langkah SOHC 1 silinder dengan nickname “ECONOPOWER” memiliki sudut kemiringan 80 derajat alias mesin tidur seperti bebek.
Dengan bore & stroke 50 mm x 49,5 mm menghasilkan kapasitas murni 97,2 cc.
Memiliki rasio kompresi rendah hanya 8,8:1. Sistem pengapian sudah menggunakan CDI. Tenaga puncak sebesar 8 dk pada 8.000 rpm dan torsi 7,45 Nm di angka 5.000 rpm.
Tenaga tersebut disalurkan pakai rantai ke roda belakang lewat transmisi 4 percepatan dengan kopling manual.
Kapasitas tangki bahan bakar 8,5 liter dan oli mesin 0,8 untuk penggantian berkala.
Rangka tipe ‘grasshopper’ atau belalang menjadi tulang punggung Win.
Digadang-gadang menjadi yang pertama diaplikasikan ke kendaraan roda dua di Indonesia. Lebih kompak, stabil, dan ringan.
Suspensi depan teleskopik tipe ‘free valve’ sedangkan belakang swing arm berbentuk bulat ditopang oleh dua buah suspensi.
Honda Win turut dilengkapi dengan rak di belakang untuk berbagai keperluan.
Ditawarkan dalam dua varian, Standar dan Semi Trail. Perbedaan ada pada pelek dan sepatbor depan.
Varian standar 17 inci dengan lebar 2.50 dan 2.75 di depan-belakang, sedangkan Semi Trail 18 inci depan dan 17 di belakang dengan lebar 2.50-18 serta 3.00-17 pola trail.
Sepatbor depan varian standar terbuat dari besi dan varian semi trail menggunakan bahan plastik serta terpasang pada posisi high mount di segitiga bawah ala motor trail.
Honda Win dijual di Indonesia dalam kurun waktu 1984 sampai 2005.
Tahun 1984 sampai 1985 merupakan Honda Win seri awal, tanpa embel-embel 100.
Ciri khas yang paling ketara yaitu lampu kecil dengan bentuk kotak, spion dengan bentuk berbeda, mesin dicat hitam, dan detail lainnya.
Honda Win ’84 dan ’85 juga memiliki varian warna paling lengkap, ada silver, merah, putih, metallic grey, navy blue, dan oranye.
Honda Win 100 keluaran 80-an akhir sampai tahun 1999 memiliki lampu depan yang lebih besar. Dengan striping yang berbeda-beda pada setiap tahunnya.
Tahun 1999 juga ditandai dengan diekspornya Honda Win 100 ke beberapa negara di ASEAN.
Warna merah dan hitam dengan perbedaan ada pada lambang Federal, karet boot, dan stiker peringatan dengan bahasa yang berbeda.
Tahun 2003 Honda meluncurkan Win 100 dengan sepatbor plastik di depan dan belakang.
Perawatan
Meskipun sudah berumur, perawatan berkala di bengkel resmi AHASS (Astra Honda Authorized Service Station) tetap dapat dilakukan.
Panduannya rutin melakukan servis berkala dan penggantian oli mesin tiap 2.000 km, atau paling lama 3 bulan.
Bisa pakai MPX1 atau MPX3 yang lebih kental, kapasitasnya 0,8 liter.
Karena merupakan motor lawas, filter udaranya masih model busa yang dapat dicuci tiap kali servis.
“Jadi masih bisa dicuci dengan bensin. Tapi kalau sudah terlalu kotor dan tua gak bisa dibersihin karena rontok,"
"Umur maksimalnya 16.000 km,” ujar Ali Muti mekanik di AHASS Clara Motor, Jl. Panjang Arteri Kelapa Dua Raya No.2B, Jakbar.
Businya juga ikut dibersihkan tiap melakukan servis berkala, dengan cara dilepas dan disikat pada bagian elektrodanya untuk menghilangkan tumpukan kerak karbon.
“Penggantiannya maksimal tiap 8.000 km,” sambung Ali.
Pengecekan lainnya serupa dengan motor lain. Mulai dari ketebalan ban, fungsi semua lampu-lampu, periksa kebocoran sil sok, serta fungsi dan ketebalan kampas rem.
Harga Fast Moving Part
Jasa servis : Rp 85.000
AHM Oil MPX1 & MPX3 0,8 L: Rp 45.000
Busi : Rp 20.000
Kampas rem : Rp 38.000
Subtitusi Part
Karena spare part aslinya sudah cukup langka, menggunakan Honda Win mesti pintar cari alternatif komponen alias substitusinya, agar tidak perlu khawatir ketika terjadi masalah terutama di area mesin.
“Bisa substitusi pakai Astrea Grand,” ujar Faizal Ramadhan anggota Honda Win Riders Jakarta.
Maklum mesinnya memang generasi C100 seperti yang dipakai Astrea Prima, Grand sampai Supra 100 dan Revo generasi pertama.
“Kampas kopling Rp 150 ribu, keteng Rp 100 ribu, paking head Rp 80 ribu, seher Rp 180 ribu,” rinci Pay sapaan akrabnya.
“Kekuatannya bisa diandalkan. Kalau harga cuma beda sedikit, seribu dua ribu aja mahalan Win,” sambung Pay.
Problem Khas & Solusi
Penyakit yang sering dijumpai pada Honda Win 100 dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2005 ada di bagian sepul pengapian yang mudah rusak.
Karena sepul pengapian yang masih berbentuk batang atau model lama yang tidak dilapisi bahan apapun, menyebabkan pengapian spul cepat panas dan rusak (Gbr.1).
“Problem itu memang kerap terjadi pada Honda Win keluaran pertama sampai terakhir.
Karena posisi penempatan sepul pengapian tepat menempel pada crankcase mesin yang menyebabkan sepul mudah rusak,” ungkap Putra Percasa dari bengkel Jhon Clasik.
Tapi tenang, Jhon Clasik punya solusi mengatasi masalah tersebut. Cukup dengan menggantinya dengan sepul dan CDI kepunyaan Honda Astrea Prima.
Dalam kondisi baru dibanderol sekitar Rp 150 ribu (Gbr.2).
“Tujuannya diganti, supaya sepul lebih awet dalam jangka panjang,” beber pebengkel yang bermarkas di Jl. Raya Jati Makmur No.37, Bekasi, Jawa Barat.
Selain soal sepul pengapian, ternyata juga terdapat problem khas lainnya yaitu rasio gigi transmisi yang ditemui bentuknya tidak sempurna lagi atau ‘gompal’.
Problem tersebut biasanya karena faktor usia dan pemakaian pemilik yang kurang baik, solusinya rasio gigi transmisinya diganti dengan kepunyaan Honda Atrea Grand (Gbr.3) yang bisa dibeli sekitar Rp 300 ribu.
Problem khas lainnya ada pada keteng yang jika dibiarkan kendor bisa merembet ke bagian mesin lainnya.
“Ini karena pompa olinya digerakkan keteng. Nah kalau keteng kendor bisa loncat, akhirnya gigi pompa oli habis membuat oli gak naik ke head,"
"Selesai deh noken as dan pelatuknya,” rinci Hardy Wijayanto dari bengkel LU (Lapak Ungu) di Agus Salim, Bekasi.
Karenanya bagi pemilik Win alangkah baiknya rajin mengecek kekencangan keteng.
“Juga roll ketengnya. Biasanya ada bunyi dari area keteng kalau sudah kendor,” sambung Gepenk panggilan nyohornya.
Harga Seken
Kurang lebih sudah 35 tahun Honda Win 100 mengaspal di Indonesia, selama kurun waktu tersebut tentu banyak Honda Win 100 bekas yang beredar.
Namun mencari yang kondisinya masih terawat dengan baik dan part masih orisinal tentu tak mudah, kalau ada pasti memiliki harga jual yang lumayan tinggi.
Di Bandung ada yang kondisi seperti NOS alias new old stock lengkap dengan faktur laku hingga Rp 50 juta!
Itu yang spesial, bagaimana dengan yang kondisinya normal?
“Kondisi bekas tahun 1991 kalau kondisinya terawat dan masih menggunakan part orisinal bisa dijual sampai Rp 7 juta,” beber Joehan dari Joe Motor di Mojokerto, Jawa Timur.
Kusnaedi, pemilik showroom Nilam Jaya Motor Classic, di kawasan Cipinang Besar, Jakarta Timur menambahkan untuk Win eks kendaraan dinas yang biasanya dilelang ke masyarakat dengan kondisi apa adanya harganya cukup terjangkau, “Rata-rata ada di kisaran Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta.”
Namun, lain halnya dengan Win yang sudah direstorasi apalagi kalau banyak menggunakan part orisinalnya.
“Win yang sudah direstorasi harganya bisa diatas Rp 15 juta,” ujar Arya dari RC12 Home Garage, workshop spesialis Honda Win.
Arya menambahkan banyak juga yang berani beli Honda Win bodong di kisaran Rp 4 juta untuk kemudian diambil spare part-nya.
Berikut ini harga pasaran Honda Win 100.
Tipe | Tahun | Harga Pasaran |
Honda Win 100 | 1991 | Rp 5.100.000 |
Honda Win 100 | 1993 | Rp 5.300.000 |
Honda Win 100 | 1997 | Rp 5.700.000 |
Honda Win 100 | 2001 | Rp 6.500.000 |
Honda Win 100 | 2004 | Rp 7.000.000 |
Honda Win 100 | 2005 | Rp 7.500.000 |
AHASS Clara Motor : 021-22530623
Joe Motor Classic : 0852-3555-2882
Jhon Klasik : 0896-3871-6727
Lapak Ungu : 08161867050
Nilam Jaya Motor Classic : 0813-1009-1700
RC 12 Home Garage : 0821-1898-7654
Sotos Garage : 0818-0400-0032
Data Spesifikasi:
Panjang: 1.935 mm (1942 mm Semi Trail)
Lebar: 740 mm
Tinggi: 1.025 (1032 mm Semi Trail)
Wheelbase: 1.245 mm
Ground Clearance: 210 mm (235 mm Semi Trail)
Berat Kosong: 83 kg
Ukuran Ban Depan: 2.50-17 (2.50-18 pola trail)
Ukuran Ban Belakang: 2.75-17 (3.00-17 pola trail)
Tipe Rangka: Rangka pola pipa belalang ‘Grasshopper’ type
Suspensi Depan: Teleskopik
Suspensi Belakang: Lengan ayun, peredam kejut ‘heavy-duty’
Rem Depan: Tromol
Rem Belakang: Tromol
Tipe Mesin: 4 langkah OHC air-cooled
Silinder: Satu Silinder sudut kemiringan 80 derajat
Bore x Stroke: 50 x 49,5 mm
Volume silinder: 97,2 cc
Kompresi: 8,8: 1
Tenaga Maksimum: 8 dk/8.000 rpm
Torsi Maksimum: 0,76 kgm (7,45 Nm)/5.000 rpm
Tangki Bahan Bakar: 8,5 liter (1,5 liter cadangan)
Kapasitas Pelumas: 0,8 penggantian periodic
: 0,9 liter pembongkaran mesin
Kopling: Wet multi-plate
Transmisi: 4 kecepatan
Starter: Kick Starter
Alternator: Flywheel AC Generator
Baterai: 6V 4 Ah
Busi: ND U 22 FS – U, NGK C7HSA
Sistem: CDI
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR