Otomotifnet.com - Aksi pungli yang dilakukan oknum tak bertanggung jawa masih dikeluhkan oleh Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo).
Oknum yang dimaksud adalah petugas kepolisian, petugas dinas perhubungan hingga masyarakat setempat.
"Kalau lihat keluhan teman-teman, masih banyak pungli," ujar Wakil Ketua Aptrindo, Kyatmaja Lookman di Jakarta (15/3).
"Sebenarnya kalau kita bicara soal pungli, ada dua hal," lanjutnya.
(Baca Juga: Kijang Innova Polisi Tergencet, Diseruduk Truk Tangki Pertamina, Angkot Hancur di Bogor)
"Pertama, kalau truk overload sudah tahu melanggar. Kedua, saat melintas terus, dia (sopir) memberi sejumlah uang," tuturnya.
"Nah, itu terjadi karena masih tinggi angka pelanggaran lalu lintas di Indonesia di mana 70-80 masih over," jelas Kyatmaja Lookman.
Ia menyatakan, pemberantasan pungli di jalan raya terhadap sopir truk pengangkut barang masih ada walaupun para sopir sebelumnya pernah mengadu ke Presiden Joko Widodo pada Bulan Mei 2018.
"Belum ada terobosan, karena sifatnya kagetan, kalau sudah viral baru digrebek. Jadi sampai sekarang tidak ada perubahan," sebut Kyatmaja.
(Baca Juga: Grand Livina Wajah Berantakan, Bak Truk Tembus Kabin, Dugaan Pengemudi Ngantuk)
"Sebenarnya dari dulu kita sudah bekerja sama dengan kepolisian, tapi sepertinya sibuk terus. Jadi kita binggung," sambungnya.
Ia juga mendesak supaya siapa pun pelaku pungli dan pemalakan terhadap sopir truk, ditangkap dan kandangkan, serta usut sindikat yang membekingi kegiatan pungli tanpa pandang bulu.
Ia mengatakan pungutan liar di jembatan timbang terjadi jika truk barang melebihi kapasitas yang ditentukan di daerah itu.
Selama ini, menurutnya, truk yang dinilai tidak melebihi muatan di satu jembatan timbang kerap dinilai melebihi muatan di tempat lainnya.
(Baca Juga: Rumor Impor Truk Bekas Terus Merebak, Menperin: Itu Tak Akan Pernah Terjadi)
Kondisi itu terjadi karena kualitas dan kelas jalan di tiap daerah juga berbeda.
"Dibanding daerah lain seperti Sumatera, itu biasanya masyarakat yang menjadi preman dengan meminta uang sambil menunggu di jembatan timbang. Dengan alasan akan lolos jika memberikan mereka sejumlah uang," ungkapnya.
"Di Bengkulu saja ada masyarakat yang merusak jalan agar truknya di derek," imbuhnya.
"Bahkan di Tanjung Priok ada yang menjual harga minuman kemasan Rp 50 ribu, parahnya lagi bahkan ada yang mengambil aki hingga ban cadangan," tuturnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR