Otomotifnet.com - First impression sudah, first ride Jakarta-Bogor dilanjut ngegas di Sentul Karting Circuit sudah, apa yang belum dari All New Yamaha Aerox 155 Connected?
Tentu test ride, tak lengkap jika sebuah motor baru belum diekplorasi maksimal.
Tentu saja kali ini dipakai sehari-hari mengitari Jakarta dan sekitarnya untuk mendalami karakternya.
Dilanjut dites akselerasi, top speed dan konsumsi bensin. Total jarak tempuh selama pengetesan sekitar 450 km.
Apakah All New Aerox 155 Connected sama seperti generasi sebelumnya? Yuk baca hasil tesnya.
Baca Juga: All New Aerox 155 Connected Bensin Lebih Irit, Beda Tipis Dengan NMAX
FITUR & TEKNOLOGI
Sebelum membahas performa, kita ulas dahulu sisi fitur. Paling baru, sesuai dengan emblem Connected, kini pengguna Aerox 155 bisa menghubungkan smartphone lewat Bluetooth, tentunya dengan mengunduh terlebih dahulu aplikasi Y-Connect.
Untuk menyambungkan smartphone dengan motor bisa dengan melakukan scan barcode pada modul CCU (Communication Control Unit) yang ada di bawah jok, bersanding dengan aki. Atau dengan memasukkan nomor rangka.
Setelah terkoneksi akan muncul indikator APP dan baterai pada smartphone di spidometer. Juga akan ada indikator telepon dan SMS ketika ada panggilan atau pesan masuk. Notifikasi selalu terpantau deh jadinya!
Fitur lainnya dengan aplikasi Y-Connect pengendara bisa mengetahui lokasi parkir terakhir Aerox 155.
Baca Juga: All New Aerox 155 Connected 0-100 km/jam 15,3 Detik Aja, Tapi...
Ada juga peringkat jarak tempuh dan Eco riding point, termasuk rekomendasi jadwal perawatan, revs dashboard, rekapan konsumsi BBM, hingga notifikasi malfungsi pada motor. Banyak juga ya!
Balik ke spidometernya, yang kini punya dua buah penunjuk takometer, hal itu membuat raungan mesin 155 cc dapat terbaca lebih jelas.
Informasinya juga lebih mudah diganti, karena tombolnya ada di panel sakelar kiri sisi depan. Jadi gak perlu melepas tangan dari handgrip deh…
Fitur selebihnya mirip dengan generasi sebelumnya. Seperti smart key dengan answer back system, kompartemen kecil di depan berisi power outlet, sampai bagasi yang bisa menelan sebuah helm full face dengan posisi terbalik.
Baca Juga: All New Aerox 155 Connected Bobot Tambah 7 Kg, Handling Jadi Berat?
Oiya satu lagi yang baru, lampu utama yang desainnya lebih tebal dan lebar, bahkan dilengkapi juga dengan DRL (Daytime Running Light).
Pancaran cahayanya seperti lampu utama LED pada motor 150 cc lainnya, di mana cahaya yang dihasilkan tidak terlalu tebal.
Namun, cahayanya terlihat lebar, cakupannya lebih luas baik untuk lampu dekat maupun lampu jauh. Sesuai dengan bentuk reflektornya yang memang lebih lebar.
RIDING POSITION & HANDLING
Tinggi jok Aerox 155 Connected sebenarnya hanya 790 mm, namum rider dengan tinggi 170 cm masih perlu sedikit jinjit. Itu karena joknya lumayan lebar, jadi mengganjal paha pengendara saat kedua kaki turun.
Baca Juga: Yamaha Aerox 155 Disodori Beragam Sokbreker Belakang Aftermarket, Mulai Rp 450 Ribuan Ada
Selebihnya riding position mirip seperti Aerox 155 versi sebelumnya. Di mana setang terasa rendah dengan tekukan ke belakang, cukup memberi feeling sporty.
Yang beda bagian pijakan kaki pengendara, luas sehingga untuk ukuran sepatu 43 masih bisa maju mundur dengan bebas.
Punya bobot lebih berat 7 kg dibanding Aerox 155 tipe S, apakah bedanya signifikan? Ternyata untuk dipakai sehari-hari tidak terlalu terasa. Justru motor jadi terasa lebih stabil dan mantap saat diajak ‘berlari’ kencang.
Karakter kedua suspensinya untuk rider berbobot 58 kg juga masih sama. Teleskopik depan terasa sering bottoming ketika melakukan pengereman keras dan saat melewati polisi tidur atau jalan rusak. Andai pernya lebih keras, pasti jarang bottoming deh. Mungkin demi kenyamanan ya?
Baca Juga: All New Aerox 155 Dibekali FItur Baru, Cahaya Lampu Lebih Lebar
Sedangkan sub tank suspension belakang punya redaman yang nyaman dan lembut. Tapi itu kalau melewati polisi tidur atau jalan rusak dengan jalan perlahan, sedangkan di kecepatan yang agak tinggi justru lumayan mengocok badan! Sisi positifnya untuk melahap tikungan dengan kencang motor tetap stabil.
Begitu juga saat dipakai berboncengan, jarang sekali mengalami bottoming. Apalagi ban belakangnya yang tebal juga berperan untuk meredam guncangan.
Kestabilan juga berkat wheelbase cukup panjang, 1.980 mm, terasa terutama saat melahap tikungan yang panjang, feelingnya seperti bawa motor sport.
Namun untuk merayap di kemacetan, memutar balik, atau membelok tajam perlu perhitungan lebih, jangan sampai knalpot atau cover CVT nyangkut!
Baca Juga: Aerox 155 Connected Bisa Pakai Cakram Belakang, Modal Rp 5 Jutaan
Selebihnya karakter masih sama seperti Aerox 155 generasi pertama. Kedua ban yang ‘ngedonat’ memberikan cengkraman yang baik ke aspal, lalu kombinasi rem depan dengan cakram 230 mm serta tromol di belakang rasanya tetap sama, cukup pakem.
PERFORMA
Sebagai dapur pacu, All New Aerox 155 Connected pakai mesin serupa dengan yang digunakan ini serupa dengan All New NMAX, yaitu 155 cc, SOHC 4 katup dengan VVA berpendingin cairan (radiator).
Perbandingan kompresinya 11,6:1 dengan klaim tenaga 15,1 dk di 8.000 rpm, serta torsi 13,9 Nm di 6.500 rpm.
Mesin ini punya respons dari CVTnya juga baik, terasa halus dan gak ada gejala gredek.
Bahkan gejala slip di kopling juga sedikit, jadi tidak perlu putaran mesin tinggi untuk membuat All New Aerox 155 Connected melaju. Terlebih suara mesin dan vibrasinya terasa semakin halus.
Baca Juga: All New Aerox 155 Connected Jadi Monosok, Biaya Rp 2 Jutaan, 3 Jam Aja
Tapi kalau gas dibejek dalam, karakter smooth saat VVA belum aktif seperti All New NMAX juga terasa.
Respons mesin justru seperti ‘mengayun’, beda dari Aerox 155 generasi pertama yang jika gas dientak langsung responsif.
Namun ketika putaran mesin menengah ke atas saat VVA sudah aktif, tanpa perlu mengentak atau memutar selongsong gas lebih dalam entakan tenaga terasa kuat.
Jadi tinggal pilih, kalau mau berkendara santai jaga putaran mesin di bawah 6.000-7.000 rpm. Tapi jika ingin bertenaga, jaga rpm agar VVA terus aktif.
Baca Juga: NMAX, Aerox Sampai ADV 150 Disodori Paket Upgrade CVT Spek Harian, Rp 1 Juta Terima Beres
Dengan perubahan karakter di atas, enggak heran jika catatan waktu akselerasi menggunakan Racelogic pun ada perubahan, jadi mirip kasus di NMAX. Bawahnya kalah cepat dibanding yang lama, tapi atasnya unggul.
Untuk mencapai 0-60 km/jam Aerox 155 terbaru mencatatkan waktu 5,5 detik, sedangkan Aerox 155 lama 5,4 detik.
Tapi untuk mencapai 0-80 km/jam dan 0-100 km/jam All New Aerox 155 Connected lebih unggul, karena bisa mencatatkan waktu 9 detik dan 15,3 detik. Yang lama 9,4 detik dan 16,7 detik. Jauh!
Untuk catatan pencapaian di jarak tertentu, Aerox 155 kalah-kalah tipis dari generasi pertamanya. Seperti 0-201 meter ditempuh 12,7 detik, padahal yang lama bisa 12,3 detik.
Baca Juga: Yamaha Aerox Modali Rp 15 Ribu, Pulley Depan Jamin Bebas Copot di Jalan
Begitu juga jarak 0-402 meter yang butuh 20 detik, kalah dari generasi yang lama dengan catatan waktu 19,6 detik.
Apakah ini efek naiknya bobot 7 kg? Hmm…
KONSUMSI BENSIN
Dengan perbandingan kompresi 11,6:1, tentu saja tangki bensin 5,5 liternya minimal perlu diisi dengan bahan bakar RON 92. Setelah itu OTOMOTIF pakai dengan berbagai kondisi jalan.
Sesekali berjalan santai tanpa VVA aktif, tapi sesekali juga gaspol untuk merasakan performanya. Setelah melahap kurang lebih 450 km, informasi average fuel consumption di spidometernya mencatatkan angka 39,8 km/liter.
Baca Juga: Yamaha Aerox Bermata Empat, Mengintimidasi Pakai Proyektor Honda Accord, Biaya Segini
Jauh lebih irit dibanding Aerox 155 generasi pertama yang hanya menghasilkan angka 37,6 km/liter.
Rata-rata konsumsi bensin Aerox terbaru ini justru jadi mirip dengan All New NMAX, iyalah basic mesinnya sama!
Data Tes:
0-60 km/jam: 5,5 detik
0-80 km/jam: 9 detik
0-100 km/jam: 15,3 detik
0-100 meter: 8,3 detik (@73,2 km/jam)
0-201 meter: 12,7 detik (@89,2 km/jam)
0-402 meter: 20 detik (@106,6 km/jam)
Top speed di Racelogic: 117,6 km/jam
Top speed di spidometer: 120 km/jam
Konsumsi bensin: 39,8 km/liter
Data Spesifikasi:
Tipe Mesin | Liquid cooled 4-stroke, SOHC 4 katup + VVA |
Jumlah Silinder | Single Cylinder |
Kapasitas Mesin | 155 cc |
Diameter x Langkah | 58,0 mm x 58,7 mm |
Perbandingan Kompresi | 11,6:1 |
Daya Maksimum | 15,1 dk (11,3 kW) @8.000 rpm |
Torsi Maksimum | 13,9 Nm @6.500rpm |
Sistem Starter | Electric Starter |
Sistem Pelumasan | Basah |
Kapasitas Oli Mesin | Total – 1,00 L ; Berkala 0,90 L |
Sistem Bahan Bakar | FI (Fuel Injection) |
Tipe Kopling | Kering, Centrifugal Automatic |
Tipe Transmisi | V-belt Automatic |
P x L x T | 1.980 X 700 X 1.150 mm |
Jarak sumbu roda | 1.350 mm |
Jarak terendah ke tanah | 143 mm |
Tinggi tempat duduk | 790 mm |
Berat isi | 125 kg ABS, 122 kg non ABS |
Kapasitas tangki bensin | 5,5 L |
Tipe Rangka | Underbone |
Suspensi Depan | Teleskopik |
Suspensi Belakang | Unit Swing |
Ban Depan | 110/80-14M/C 53P |
Ban Belakang | 140/70-14M/C 62P |
Rem Depan | Disc |
Rem Belakang | Drum |
Sistem pengapian | TCI |
Battery | YTZ7V |
Tipe Busi | NGK CPR8EA-9 |
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR