5. Memang benar spidometer akan menunjukkan angka sedikit lebih tinggi dari standarnya, karena diameter roda lebih kecil.
Sayangnya dengan spidometer analog susah untuk diseting ulang, ganti girboks di teromol depan pun sulit, enggak ada pilihan beda jumlah mata.
Kecuali jika ganti spidometer digital, selain bisa diset dari sensor yang ditanam di roda, bisa juga dikalibrasi pakai spido healer.
6. Pakai ukuran roda berdiameter lebih kecil, nafas mesin dijamin cepat habis dan top speed turun, agar kembali normal perbandingan gir standar 43/13 mesti diperberat.
Ada rumusnya kok, yaitu D1/F1=D2/F2. Di mana D1: diameter total ban standar, F1: rasio gir standar, D2: diameter total ban baru, F2: rasio gir baru.
Kalau dihitung didapat perbandingan rasio baru 3,185, jika tetap pakai gir depan 13 maka belakang jadi 41,4, yang tentu saja enggak ada.
Kalau mau nafas sedikit lebih panjang ya pakai saja gir 41. Salah satu yang menyediakan adalah merek TK, bisa dicari di Polaris Kebon Jeruk III, Jakarta.
7. Untuk biaya terbilang relatif tergantung dari komponen yang dipakai, terutama ban dan pelek, karena banyak sekali merek yang ada di pasaran. Kisarannya siapkan dana Rp 2,5-5,5 juta.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR