Otomotifnet.com - Diketahui Tesla teken kontrak untuk membeli bahan baku nikel dari perusahaan di Indonesia.
Menanggapi hal ini, peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM) Jannus TH Siahaan mengatakan meski Tesla Inc tidak mendirikan pabrik rakitan kendaraan di Indonesia, tetap memberi keuntungan hanya dengan membeli bahan baku nikel.
"Skenario ini sebenarnya masih tetap menguntungkan buat Indonesia, dalam arti tidak ada perubahan dari skema yang telah berjalan selama ini yaitu pihak smelter menjual produk mereka ke pasar ekspor, dalam hal ini pembelinya adalah Tesla. Namun pertambahan nilainya tidak akan sebesar kalau mereka (Tesla) berinvestasi membangun pabrik pengolahan langsung di sini," kata Jannus (9/8/2022).
Tetapi keuntungan yang diraih lanjut Jannus, sangat kecil dibandingkan kalau perusahaan otomotif milik Elon Musk asal Amerika Serikat (AS) ini dibangun di Tanah Air.
Adapun keuntungan yang diraih di antaranya kesempatan pembukaan lapangan kerja langsung dan tidak langsung, peluang peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pembelajaran penerapan teknologi yang mereka bawa, serta memperluas pasar domestik untuk bijih (ore) nikel.
Sehingga Indonesia bisa menuju pasar persaingan sempurna, meninggalkan pola pola oligopsoni yang cenderung merugikan penambang lokal.
"Dengan demikian boleh dikata kita secara nett masih rugi kalau Tesla tidak berinvestasi langsung di sini," paparnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengungkapkan, Tesla telah meneken kontrak pembelian nikel yang akan dipasok dari Indonesia untuk pembuatan baterai lithium.
Adapun nilai kontrak tersebut senilai 5 miliar dollar AS atau setara Rp 74,5 triliun.
Sedangkan untuk wacana pembangunan pabrik mobil listrik, Tesla dengan Pemerintah Indonesia masih terus bernegosiasi.
Kawasan pembangunan pabrik rakitan mobil listrik ini akan dipusatkan di Kawasan Industri Batang (KIB), Jawa Tengah.
Baca Juga: Tesla Teken Kontrak Pembelian Nikel Dari Perusahaan di Indonesia, Nilainya Rp 74,5 Triliun
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR