Varian matik juga pasarnya bagus karena dianggap nyaman untuk mobilitas tinggi di jalan-jalan perkotaan.
Hidayatus pun mengaku, showroom berani berspekulasi untuk menghadirkan stok versi matik lebih banyak.
"Versi manual malah jarang, banyak yang bilang katanya matik Innova apalagi yang diesel nomor satu tiada tanding. Beberapa yang permintaannya tinggi itu versi Grand Innova 2012 keatas," katanya.
Hal yang sama dikatakan Alfiyan Pemilik Showroom Anugrah Mobil di Area Carsentro Semarang.
Menurutnya, prediksinya tentang nasib penjualan mobil bekas seiring kenaikan harga BBM untungnya benar-benar tidak terbukti.
Ketakutan terbesarnya adalah pasar mobil bekas hancur lagi seperti saat dihantam pandemi Covid-19 dua tahun belakangan.
Bahkan, sebelumnya sudah ada niatan untuk banting harga dibawah pasaran jika hal itu benar-benar sampai terjadi.
Cara tersebut pernah dilakukan untuk mengurangi margin kerugian besar.
"Belajar dari pengalaman pandemi Covid-19, kita kewalahan, sampai jual unit model yang penting cepat laku. Kita tidak peduli dulu ambilnya berapa. Asal kita bisa bayar cicilan agar bunga tidak membengkak. Kemarin pas BBM naik sempat kepikiran lagi, tapi cuma bisa berharap semoga tidak ada apa-apa. Entah nanti tahun depan seperti apa," katanya.
Sampai akhir bulan ini, menurut Alfiyan, angka penjualan bisa bertahan, hitungannya stabil.
Apalagi unit-unit tertentu seperti Innova diesel, setidaknya minimal bisa dijadikan biaya modal untuk menyediakan mobil-mobil lainnya.
"Tidak pernah sepi, karena pasarnya bagus kita andalkan untuk modal jika punya 1 unit laku. Ada dua segmen yang sama-sama memiliki prospek, yakni MPV dan city car harga Rp 120 jutaan. Modelnya, lihat presentase terbaik, siapa yang lebih dahulu laku, tinggal mengikuti tren. Tapi Innova, sejelek-jeleknya dua bulan kita tetap jual 1-2 unit," kata Alfiyan.
Baca Juga: GIIAS Semarang Sebentar Lagi, Toyota Kasih Kode Bawa Innova Zenix?
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR