Kuda itu dipelihara oleh keluarga Sefa dan diperbantukan mengangkut hasil kebun dalam jarak dekat.
Untuk itu pada hari kedua, Sefa mengganti tunggangannya dengan kuda jantan berusia 5 tahun.
Kuda ini, kata Sefa, sudah terlatih berjalan jauh dengan muatan beban.
Perjalanannya ke kampus pun lebih singkat, hanya 1 jam 10 menit.
Kehadiran Sefa dengan kudanya di kampus pun mencuri banyak perhatian.
Seperti ada sejumlah pengendara motor, pejalan kaki yang takjub sekaliggus heran melihat orang berkuda di jalan kota.
Awalnya dia merasa bangga dan senang, meski bensin tak ada, tekadnya untuk mengajar begitu bulat dan kokoh.
Dia pun bangga dengan kuda peliharaan keluarganya yang dijaga dengan baik dan kini membantu aktivitasnya.
"Tapi sampai di dalam kota dekat Kampung Babar sini beta ada rasa malu. Ada lima motor nonton beta dan dong (mereka) tanya kenapa harus gunakan kuda. Ya, mau bagaimana, bensin seng (tidak) ada. Ini solusi terakhir," ucapnya.
Banyak warga yang berpapasan di jalan memandang Sefa dengan heran lantaran hampir tak ada lagi warga Kota Tiakur yang menunggangi kuda.
Kalaupun ada, itu hanya dijadikan alat angkut hasil kebun.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR