Alasannya karena uang hasil markir untuk makan.
Sebab, Mian yang sudah masuk lansia menjadi tulang punggung keluarga dan memiliki banyak tanggungan di rumah.
Bukan hanya istri, ada kedua anak Mian juga masih menggantungkan hidup kepadanya.
Menjadi jukir liar minimarket merupakan pekerjaan yang sudah digeluti 10 tahun belakangan.
Pekerjaan ini menjadi andalan Mian untuk menghidupi keluarganya.
"Saya di rumah punya tanggungan anak, yang satu 20 tahun, yang satu 15 tahun. Masih pada sekolah," ucap Mian, (20/5/24).
Selama menjadi jukir, Mian mengaku, profesinya itu dilindungi oleh Ketua RW di lingkungannya.
Ia akan dibantu jika terkena penertiban dari Dishub dan Satpol PP.
Hal itu yang menjadi alasan Mian untuk memilih tetap bekerja seperti biasa meski sudah ditertibkan petugas Dishub beberapa waktu lalu.
"Biasa-biasa aja, ada yang menanggung ini kan RW," kata Mian.
Mian merasa begitu yakin akan mendapat pertolongan karena selama ini sebagian pendapatan memarkirnya juga disetor untuk uang kas RW.
"Kadang dapat Rp 50.000 sampai Rp 60.000, setor Rp 30.000 sama RW yang punya wilayah," ucap Mian.
Uang kas itu digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan warga, misalnya karang taruna, rapat dan lain sebagainya.
Baca Juga: Hitungan Kasar Penghasilan Jukir Liar di Jakarta, Per Hari Tembus Rp 1,28 Miliar
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR