Pilar ketiga, digitalisasi proses. KPI memperluas implementasi sistem kendali canggih Advanced Process Control (APC) di seluruh unit kilang. Sistem ini meningkatkan efisiensi, mencegah penyimpangan operasi, serta menghemat energi.
Pilar keempat adalah efisiensi sumber daya. KPI berupaya mengoptimalkan penggunaan energi, air, bahan baku, dan material lainnya agar lebih hemat dan ramah lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Pilar kelima mencakup pengembangan produk energi terbarukan rendah karbon. KPI kini mengembangkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan Renewable Diesel (RD) sebagai bagian dari dukungan terhadap energi bersih.
Baca Juga: Wah, Selain Merah dan Biru, Pertamina Juga Punya Pom Bensin Warna Hijau, Ini Bedanya
Salah satu inovasi terbaru KPI adalah rencana produksi SAF berbahan baku minyak jelantah, yang sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular dan target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.
Pilar keenam adalah keamanan proses dan pencegahan kerugian. KPI menerapkan sistem perlindungan menyeluruh untuk mencegah kecelakaan besar di kilang serta menjaga keselamatan pekerja, aset, dan lingkungan sekitar.
“Enam pilar tersebut kami terapkan untuk meningkatkan kinerja kilang, guna menghasilkan produk berkualitas yang bermanfaat bagi masyarakat, tanpa mengesampingkan aspek penting lainnya termasuk prinsip ESG,” tegas Didik.
KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal yang menjadi pedoman dalam menjalankan usaha secara profesional, bertanggung jawab, dan berwawasan lingkungan.
| Editor | : | Yasmin FE |
KOMENTAR