Jakarta - Sebelumnya, telah dibahas hasil tes Kawasaki Ninja RR Mono saat dibesut di sirkuit Sentul. Sedikit kilas balik, desain yang racy dan diriset di sirkuit, membuat karakter RR Mono memang terasa pas di lintasan balap. Lalu bagaimana jika dipakai harian di jalan raya?
Posisi duduk merunduk lantaran setang di bawah segitiga memang asyik di lintasan balap, jadi aerodinamis. Tapi di jalan raya yang padat merayap, riding setengah jam saja telapak dan pergelangan tangan sudah pegal. Setelah satu jam, bahu dan pinggang menyusul teriak minta istirahat, juga bokong karena jok tipis jadi panas, heheee… Kalau kondisi jalan lancar sih enggak terlalu masalah.
Biasanya naik motor 250 cc ke atas kaki akan tersengat panas mesin, apalagi saat macet. Tapi tidak di Ninja RR Mono, manajemen pembuangan panasnya bagus. Udara dari panas radiator dibuang diarahkan ke bawah mesin, kaki jadi enggak kena panas. Area paha sampai betis tetap nyaman!
Suspensi belakang karakternya lebih pas di sirkuit, Jok sempit dan tipis, Tersedia rem dua piston di depan-belakang
Justru ujian lainnya adalah mesti menaklukkan torsi yang super besar di rpm rendah, di 4.000 rpm saja di atas 17 Nm. Jadi kalau jalan pelan di gigi 2 mesti sering main setengah kopling, kalau tidak motor akan dredek, timbul suara kretek-kretek dari mesin dan getar di setang. Sementara kalau dipanteng di gigi 1 terlalu ringan.
Keuntungan dengan torsi besar, sangat cepat untuk stop & go. Begitu bertenaganya di rpm rendah sampai tengah, sangat jarang buka gas dalam-dalam, dalam kota cukup sampai 7.000 rpm, karena di gigi 6 6.500 rpm saja sudah dapat 100 km/jam. Lagi pula saat menyentuh 7.000 rpm getaran begitu terasa di setang. Satu lagi kekurangan dari mesin yang berbasis KLX250 ini adalah kerasnya proses pindah gigi, kendati kopling sudah disetel.
Akibat jarang main rpm tinggi, konsumsi bensin jadi cukup efisien. Dites pakai bensin beroktan 92, walaupun mestinya 95 karena rasio kompresi 11,3:1, dipakai jalan harian oleh tester berpostur 173 cm 65 kg, diukur pakai metode full to full sebanyak 3 kali dan diambil rata-rata, didapat angka 26,7 km/lt.
Panas mesin diarahkan ke bawah, Geser motor gampang kok, Torsi gede
Kelebihan lain motor yang akan dijual Rp 40 jutaan ini adalah bodi yang ramping, lebar hanya 685 mm dan wheelbase hanya 1.330 mm dan sudut rake 24°, sangat lincah menaklukkan kepadatan jalanan Ibu Kota. Apalagi bobot hanya 151 kg, gampang banget diajak selap-selip, paling spion saja tuh yang nyangkut, hehee…
Karakter suspensi depan redamannya pas, enggak terlalu empuk atau keras. Sedang sisi belakang di jalan mulus sih nyaman, giliran ketemu rute bergelombang terasa keras, memang lebih cocok di sirkuit.
Sisi lain yang asyik saat dipakai harian yaitu panel indikatornya, walaupun kecil tapi gampang dipantau, angka spidometer jelas terlihat, demikian juga dengan takometer yang model bar. Saat malam hari dengan warna dasar putih terang juga terlihat jelas.
Overall sih enakan dibesut di sirkuit! (motor.otomotifnet.com)
Posisi duduk merunduk lantaran setang di bawah segitiga memang asyik di lintasan balap, jadi aerodinamis. Tapi di jalan raya yang padat merayap, riding setengah jam saja telapak dan pergelangan tangan sudah pegal. Setelah satu jam, bahu dan pinggang menyusul teriak minta istirahat, juga bokong karena jok tipis jadi panas, heheee… Kalau kondisi jalan lancar sih enggak terlalu masalah.
Biasanya naik motor 250 cc ke atas kaki akan tersengat panas mesin, apalagi saat macet. Tapi tidak di Ninja RR Mono, manajemen pembuangan panasnya bagus. Udara dari panas radiator dibuang diarahkan ke bawah mesin, kaki jadi enggak kena panas. Area paha sampai betis tetap nyaman!
Suspensi belakang karakternya lebih pas di sirkuit, Jok sempit dan tipis, Tersedia rem dua piston di depan-belakang
Keuntungan dengan torsi besar, sangat cepat untuk stop & go. Begitu bertenaganya di rpm rendah sampai tengah, sangat jarang buka gas dalam-dalam, dalam kota cukup sampai 7.000 rpm, karena di gigi 6 6.500 rpm saja sudah dapat 100 km/jam. Lagi pula saat menyentuh 7.000 rpm getaran begitu terasa di setang. Satu lagi kekurangan dari mesin yang berbasis KLX250 ini adalah kerasnya proses pindah gigi, kendati kopling sudah disetel.
Akibat jarang main rpm tinggi, konsumsi bensin jadi cukup efisien. Dites pakai bensin beroktan 92, walaupun mestinya 95 karena rasio kompresi 11,3:1, dipakai jalan harian oleh tester berpostur 173 cm 65 kg, diukur pakai metode full to full sebanyak 3 kali dan diambil rata-rata, didapat angka 26,7 km/lt.
Panas mesin diarahkan ke bawah, Geser motor gampang kok, Torsi gede
Karakter suspensi depan redamannya pas, enggak terlalu empuk atau keras. Sedang sisi belakang di jalan mulus sih nyaman, giliran ketemu rute bergelombang terasa keras, memang lebih cocok di sirkuit.
Overall sih enakan dibesut di sirkuit! (motor.otomotifnet.com)