Test Ride Kawasaki Ninja 1000 Untuk Harian, Cukup Fleksibel

billy - Kamis, 7 November 2013 | 15:10 WIB

(billy - )


Setang jepit tapi tinggi, sigap tapi enggak mudah pegal
Jakarta - Kawasaki kembali mengenalkan jajaran motor besarnya, kali ini Ninja 1000 yang mulai dipasarkan awal Oktober 2013 lalu. Motor yang di Eropa bernama Z1000SX ini mengusung tema “everyday versatility” atau fleksibel untuk harian. Benarkah?

“Ninja 1000 ini sangat nyaman dipakai harian, saya sudah mencobanya,” yakin Yusuke Shimada, assistant general manager marketing division PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI). Ah jadi penasaran ingin membuktikan.

Untung unit tes sudah ada, jadi yuk langsung saja dicoba.Sekilas motor yang dijual Rp 280 juta OTR Jakarta ini begitu gambot, tapi setelah duduk kesan itu sirna.

 
Monosok horizontal back-link, pakai setelan preload di luar. Sasis belakang pun aluminium, biar lebih enteng!
Pertama karena kaki bisa menjejak sempurna, bahkan Tester OTOMOTIF berpostur 173 cm 65 kg kakinya sedikit menekuk karena tinggi jok hanya 820 mm ditambah suspensi empuk.

Kedua karena fairing yang runcing mirip ZX-10R, jadi berkesan ramping. Yang lebar malah spion, mirip antena serangga tapi pantauan ke belakang maksimal, lebar spion juga sebagai patokan lebar boks. Boks ini dijual terpisah sebagai aksesori.

Area dasbor mudah dipantau, informasi yang ditampilkan terbilang lengkap, cuma enggak ada gear position. Setang gampang diraih, kendati model jepit tapi tinggi. Posisi duduk jadi sigap tapi santai, khas riding harian.


Lanjut jalan ah, suara knalpot terdengar begitu merdu sejak tombol starter dinyalakan, khas mesin 4 silinder. Tarikan awal dari mesin dengan bore x stroke 77 x 56 mm ini terasa smooth, baru cepat setelah menyentuh 4.000 rpm.

Sekilas terasa kalau karakter mesin 1.043 cc-nya memang untuk harian atau turing, kenaikan rpm enggak mengentak jadi mudah dikendalikan. Suhu mesin juga cukup bersahabat, sedikit hangat cuma di sekitar lutut.

Oh iya, Ninja 1000 ini punya fitur mirip ZX-14R atau ZX-6R 636, ada power mode dan KTRC. Power mode L (low) dan F (full), saat pakai L tenaga hanya kisaran 75-80% saja, pas untuk jalanan licin. Sedang KTRC ada 4 mode; off, 1, 2, 3. Pemilihan pakai tombol di setang kiri.

Boks dijual terpisah sebagai aksesori, yuk turing!
Handling saat dipakai terasa sangat nurut, diajak belok pelan atau kencang ngikut saja walaupun bobotnya mancapai 228 kg. Mungkin efek pemusatan titik gravitasi di tengah, lewat penggunaan rangka aluminium termasuk rangka belakang dan monosok horizontal back-link. Monosoknya dibekali fitur penyetelan preload dengan tabung terpisah.

Kesan pertama setelah pakai Ninja 1000 memang masih asyik untuk membelah jalanan kota. Tapi tentu makin asyik kalau diajak turing keluar kota. Bagaimana nikmatnya? (motor.otomotifnet.com)