Jakarta - Kemacetan jalan yang makin menjadi secara mudah diartikan bakal membuat kerja mesin motor ataupun skutik, termasuk juga mobil bakal lebih berat. Namun apakah kemudian perlu busi 'dingin' buat meringankan kerja mesin?
Hal itulah yang masih kerap muncul di benak pemilik kendaraan. "Setiap kali saya servis skutik ini, saya selalu berpesan kepada mekanik agar di cek juga businya. Kalau sudah kurang bagus, ya diganti aja," jelas Arizky Esaputra pengguna Yamaha Nouvo tahun 2002.
Walaupun di dalam bagasinya selalu sedia busi cadangan, tetapi pria ini masih belum paham saat ditanya mengenai perbedaan busi dingin dan busi panas. "Pokoknya, saya selalu membeli busi yang dianjurkan oleh mekanik. Jadi nggak tahu, ini busi dingin atau panas," tambah pria warga Menteng Dalam, Tebet Jaksel itu.
"Pada mesin skutik standar pabrik yang belum mengalami modifikasi, akan percuma memakai busi tipe dingin. Kenapa? Karena, busi tipe dingin ini diperuntukan bagi mesin-mesin skutik yang telah mengalami modifikasi," jelas Kerry Hutama dari klinik performa CMS Bendungan Jago Jakpus. Hal itu karena mesin yang sudah dioprek bakal punya panas yang lebih tinggi dibandingkan mesin standar.
Untuk busi merek NGK dan Denso, mempunyai kode angka yang makin besar makin dingin. Agus Tan, General Manager Sales Marketing PT NGK Busi Indonesia memberi penjelasan mudah soal busi tipe dingin.
"Tingkat panas busi sudah ditentukan sejak awal perencanaan bahkan sebelum kendaraan (mobil maupun motor) diproduksi. Dengan pengujian teknis kedua belah pihak antara NGK dan pabrikan, guna menentukan tingkat panas yang sesuai". Untuk itu Agus mengingatkan akan urgensi pemakaian busi dingin yang tidak tepat.
"Dengan mesin yang masih standar serta memakai busi yang lebih dingin, akan mengakibatkan potensi penumpukan (akibat) carbon fouling lebih cepat sehingga akan menggangu performa dari busi tersebut dan juga kerja mesin menjadi kurang maksimal," wantinya. • (otomotifnet.com)